Cerita Senja

…sahabat, jika alam ciptaan-Nya adalah beban, yang bisa membuatmu marah, maka campakkanlah ia dari hatimu. Jika orang kampung masih kau pandang bodoh dan dekil, maka tunjukanlah kebersihan dirimu!!!
Sepertinya bumi ini menangis, ketika anak-anaknya hidup seperti pengembara. Yang menjelajahi setiap jengkal tubuhnya dengan perasaan penuh harap. Bagaimana kelanjutan.. hidup anak dan cucu manusia, ketika mereka sudah tidak punya lagi tanah untuk tinggal, mata air untuk minum, serta hewan dan tumbuhan untuk dimakan.

Sepertinya manusia ini menangis, ketika melihat bumi – ibu kandungnya, tanah dan airnya tercemar, hutannya gundul, dan tubuhnya penuh lobang akibat kesekarahan anaknya sendiri.
Bumi adalah ibu kandung yang telah melahirkan manusia, memberi makan, mengasuh dengan penuh cinta, dan akan memeluk jasad anaknya ketika meninggal dengan rangkulan kasih. Rasanya aneh, ketika seorang anak manusia dengan rakus memangsa tubuh ibu kandungnya.
Sepertinya manusia lupa, ketika bumi berkata bahwa “makanlah yang terbaik dari tubuhku, minumlah air yang jernih yang keluar dari lubuk hatiku.”  Sepertinya manusia lupa, ketika bumi mengajarkannya untuk mencintai kehidupan. Hiduplah dengan menghargai kehidupan yang lain. Bukankah manusia hidup untuk menjaga kehidupan? Bukankah suara burung, senda gurau jengkerik, desau angin, gemerincingnya dedaunan, bunyi air yang mengalir, teriakan ombak di laut, telah melagukan tembang-tembang kehidupan?
Manusia menjadi rakus karena mengkhianati tujuan penciptaannya. Sebab pada hakekatnya, manusia berasal dari tidak ada menjadi ada. Bukankah manusia berasal dari tanah yang hina?…, Tapi kenapa ia menjadi sombong, serakah, dan angkuh. Kenapa ia merusak keharmonisan alam hanya karena kenikmatan sesaat.
Luas tanah tidak akan pernah bertambah. Jumlah air yang jernih tida akan pernah bertambah. Bumi membutuhkan waktu puluhan tahun – ratusan tahun – bahkan ribuan tahun, untuk mengembalikan hutan kayu dan sagu yang terbakar dan rusak kepada kondisi semula.
Apakah manusia mampu, untuk menciptakan hutan dengan ekosistemnya yang sempurna? Apakah manusia mampu untuk membersihkan sungai dan laut yang tercemar. TIDAK. Sekali lagi TIDAK. Hanya bumi sendiri yang dapat menyembuhkan lukanya.
Oleh karena itu, bumi membutuhkan waktu lebih dari ratusan tahun untuk mengobati lukanya yang dibuat oleh kedurhakaan anak sendiri – manusia.
Memang benar kata orang, “bahwa bumi diciptakan dengan segala kekayaannya untuk menghidupi manusia. Tapi manusia tidak pernah berpikir dengan jernih, bahwa bukan hanya manusia saja yang mempunyai hak untuk mendapatkan kehidupan dari bumi. Masih banyak makhluk lain, yang mungkin lebih membutuhkan kemurahan bumi dibanding manusia.
Mungkin manusia lupa, bahwa ia belajar tentang bagaimana mempertahankan hidup dari alam. Mungkin manusia terlalu cepat puas, ketika ia merasa lebih pintar daripada alam. Namun manusia tidak pernah sadar, bahwa alam tidak pernah membutuhkan manusia. Tetapi sebaliknya manusialah yang membutuhkan alam untuk kehidupan.
Kerusakan-kerusakan bumi akibat ulah manusia, harus segera diakhiri. Sebelum bumi marah dan meninggalkan manusia dalam penderitaan yang berkepanjangan.
Untuk menolong bumi dari kehancuran, manusia sebenarnya tidak membutuhkan ilmu yang tinggi, tekhnologi yang modern, dan biaya yang besar. Karena bumi telah mengajar manusia untuk bagaimana merawat tubuhnya..

Categories:

Leave a Reply

Mohon masukannya,, semoga bisa lebih membangun..
Terima Kasih...