Cerita Senja

News - Kabar tak menyenangkan lagi-lagi datang dari ranah astronomi. Akhir minggu lalu, salah satu bintik matahari baru saja erupsi alias meletus dan menyemburkan korona dalam jumlah besar atau disebut sebagian orang sebagai badai matahari.

Adakah dampaknya terhadap bumi? Ada. Tetapi, siapa pun berharap hal itu tidak terjadi.

Jika Anda pernah mendengar berita tentang prediksi badai matahari yang terjadi di tahun 2013 nanti dan akan melumpuhkan seluruh aktivitas di bumi, kurang lebih apa yang terjadi akhir minggu lalu juga demikian. Akan tetapi, skalanya kali ini kemungkinan tidak sebesar perkiraan sebelumnya.

Pada gambar korona, atau cahaya semu di sekitar matahari, yang tertangkap oleh Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) dan pesawat ruang angkasa kembar milik NASA, STEREO, nampak awan gas meletus keluar dari bintik matahari 1123 di sekitar bagian selatan matahari pada Jumat dini hari waktu setempat.

Letusan itu telah diklasifikasikan ilmuwan sebagai bintik surya C-4. Sayangnya, material yang "dimuntahkan" erupsi tersebut mengarah lurus ke arah bumi dengan kecepatan nyaris mendekati 500 kilometer per jam.

NASA memperkirakan awan gas tersebut akan sampai ke atmosfer bumi sekitar dua-tiga hari sejak Jumat, atau sekitar hari Minggu atau Senin waktu setempat (Florida, Amerika Serikat). "Pengamat lintang astronomi harus mewaspadai adanya aurora pada hari-hari tersebut," tutur NASA dalam keterangannya, yang dikutip dari VIVAnews, Senin 15 November 2010.

Kabar baiknya, kali ini hanya sebagian kecil titik api yang cukup kuat untuk menghasilkan badai matahari. Namun, jika jumlah materinya cukup besar, yang mana kebanyakan mengandung proton dan elektron, tentu saja mampu menghasilkan medan magnet dan radiasi elektromagnetik ke ruang angkasa.

Hasilnya, radiasi yang muncul kemudian merusak seluruh gelombang elektromagnetik di bumi dan membuat bencana besar.

Bisakah Anda membayangkan bumi tanpa telekomunikasi? Hampir seluruh alat transportasi massal akan lumpuh, mulai dari kereta api, MRT, subway, dan tentu saja pesawat terbang.

Segala bentuk navigasi yang berbasis GPS dan berhubungan dengan satelit akan terkena imbas. Jaringan mobile dan radio akan lenyap. Dan, kemungkinan terburuk yang terjadi: beberapa hari ke depan kita hidup tanpa listrik.

Read More …

Novel ini masih mengusung tema pergulatan seseorang yang tidak kenal menyerah dalam mengatasi kesulitan hidup. Dia yang sudah miskin secara struktural menjadi lebih terhimpit lagi ketika nasib tidak berpihak kepada dirinya. Ketika sandaran hidup mereka justru menginggalkan mereka maka dialah yang harus berjuang untuk melepaskan atau menahan himpitan kemiskinan tersebut.

Hebatnya diantara pergulatan melawan himpitan kemiskinan tersebut dia masih memiliki resolusi hidup atau semacam life list (hal-hal penting yang ingin mereka capai dalam hidup) yang justeru melampaui status/kondisi sosialnya. Bayangkan seorang penambang timah tradisional memiliki keinginan dan kegigihan yang tinggi untuk belajar Bahasa Inggris. Meskipun untuk itu dia harus menempuh jarak sejauh 100 km di akhir pekan ke tempat kursus.

Kesan yang mendalam dan mengaduk-aduk emosi justru kita temukan di awal, Mosaik 1 yang berjudul Lelaki Penyayang. Dari sebuah narasi menggelikan yang membuat kita terkekeh (terutama jika kita pernah menaksir lawan jenis di usia remaja) berakhir dengan tragedi menyedihkan yang mebuat mata kita berkaca-kaca. Kejutan yang seharusnya menjadi saat paling membahagiakan bagi sebuah keluarga sederhana justeru berubah menjadi kejutan akibat malapetaka.

Kisah Enong (nama panggilam Maryamah) saja sebenarnya layak dijadikan tema sentral Padang Bulan. Sementara kisah cinta Ikal dangan A Ling justeru menjadikan novel ini terasa bertele-tele. Nampaknya Andrea hendak memuaskan pembacanya sekaligus. Pertama rasa penasaran pembaca tentang Maryamah. Yang kedua akhir dari kisah cinta Ikal dan A Ling.

Bagi mereka yang belum pernah membaca Laskar Pelangi beberapa bab/mosaik akan terasa membingungkan karena dia memakai alur balik. Beberapa bab/mosaik itu menceritakan saat-saat Ikal masih bersekolah di Sekolah Dasar.

Seperti yang dikatakan Andrea Hirata ini adalah novel kultural yang hendak memotret kehidupan orang Melayu (Belitong). Hal itu tergambar secara sempurna dalam novel kedua Cinta di Dalam Gelas. Orang Melayu yang memiliki budaya lisan sangat tinggi menemukan tempat yang pas untuk “melestarikan” budaya tersebut di warung kopi. Lihatlah bagaimana penasarannya seorang isteri tentang rasa kopi dari warung kopi yang katanya lebih enak dari kopi buatannya. Kemudian diam-diam dia membeli kopi dari warung kopi dan membawanya pulang dengan harapan suaminya tidak ngopi di warung. Tapi apa kata suaminya, kopi tersebut tidak seenak kopi buatan warung kopi.

Di novel kedua inilah Maryamah mendapatkan nama belakang Karpov karena memakai metode pertahanan permainan catur ala Anatoly Karpov. Maryamah memakai permainan catur sebagai medium perlawanan terhadap hegemoni atau kesewenang-wenangan beberapa orang (lelaki) terhadap dirinya di masa lalu. Kesewenang-wenangan yang mengakibatkan trauma berkepanjangan dalam hidupnya. Dengan kemenangan dari permainan catur itulah Maryamah mengusir trauma yang menghantui hidupnya sekian lama.

“Ia adalah lelaki yang baik dengan cinta yang baik. Jika kami duduk di beranda, ayahmu mengambil antip dan memotong kuku-kukuku. Cinta seperti itu akan dibawa perempuan sampai mati”

“Jika kuseduhkan kopi, ayahmu menghirupnya pelan-pelan lalu tersenyum padaku”. Meski tak terkatakan , anak-anaknya tahu bahwa senyum itu adalah ucapan saling berterima kasih antara ayah dan ibu mereka untuk kasih sayang yang balas membalas, dan kopi itu adalah cinta di dalam gelas.
Read More …

Tanah Air Beta, Film yang dibuat berdasarkan kejadian nyata pasca jajak pendapat di Timor Timur ini, adalah film produksi kelima dari Alenia Pictures setelah Denias, Senandung di Atas Awan, Liburan Seruu, dan King ini semakin mengukuhkan jika rumah produksi yang didirikan oleh pasangan Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen tersebut selalu menghasilkan film-film berkualitas dan layak tonton untuk keluarga.

Film yang dibesut oleh Ari Sihasale atau yang akrab disapa Ale ini berhasil menghadirkan kembali keindahan alam Indonesia. Mata Anda benar-benar dimanjakan dengan panorama Atambua, Nusa Tenggara Timur. Daerah yang menggambarkan keindahannya tersebut semakin mendukung jalan cerita yang disuguhkan. Hal tersebut tentunya tidak akan terlepas dari campur tangan sang D.O.P, Ical Tanjung (The Best DOP FFI - 2008) yang berhasil menyisipkan berbagai keindahan alam dalam Tanah Air beta ini.


Kisah saat berpisahnya Timor-Timur dengan Indonesia pada tahun 1999 yang coba digambarkan Ale nampaknya cukup berhasil. Meskipun dengan balutan nuansa politis, namun Tanah Air Beta mampu menyajikannya lewat tema keluarga, dengan mengangkat kisah sebuah keluarga yang terpisah akibat perpisahan Timor-Timur dari Indonesia tersebut.

Tentunya, film yang akan mengangkat rasa nasionalis Anda ini juga sarat pesan yang disampaikan. Anda akan lihat bagaimana begitu susahnya mendapatkan air. Apalagi pendidikan, hanya yang punya uang yang bisa mengenyam bangku sekolah dengan layak. Jika tidak, Anda hanya bisa sekolah di sekolah darurat.
Read More …

Marie Valentine, wartawati Amerika berkunjung ke mesir untuk mencari seorang sahabat yang hilang.

Bumi,pemuda Indonesia bersama seorang detektif pembunuhan di kota kecil Port Safaga berusaha menguak kode-kode rahasia dari bahasa simbol hieroglyph dan Yucatec Maya yang membawa mereka melalui berbagai petualangan mengungkap makar sebuah kelompok kebatinan sesat yang sedang mempersiapkan seorang suci menghadapi perang akhir zaman.

Syaikh Naggar, tokoh sejarah agama yang memimpin suatu kelompok eksklusif para ilmuwan dan agamawan sedang merencanakan pertemuan tahunan di Tibet demi ambisi spiritual meluruskan lubang hitam sejarah.

Melalui sebuah perjalanan panjang kelompok kecil ini bertualang dari Kairo, Ethiopia, London, Cina hingga ke puncak Himalaya mengikuti petunjuk dan isyarat dari Al-Qur'an, Taurat dan Alkitab untuk mengungkap dua buah harta karun arkeologi agama terbesar yang hilang ditelan waktu. Sebuah rahim kebenaran yang penyingkapannya akan menandai kisah akhir tentang hancurnya sebuah peradaban...bernama manusia.
Read More …

Soe Hok Gie dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942, adik dari sosiolog Arief Budiman. Catatan harian Gie sejak 4 Maret 1957 sampai dengan 8 Desember 1969 dibukukan tahun 1983 oleh LP3ES ke dalam sebuah buku yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran setebal 494 halaman. Gie meninggal di Gunung Semeru sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 — 16 Desember 1969 akibat gas beracun.

 
Setelah lulus dari SMA Kanisius Gie melanjutkan kuliah ke Universitas Indonesia tahun 1961. Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktivis kemahasiswaan. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengritik tajam rejim Orde Baru.


Gie sangat kecewa dengan sikap teman-teman seangkatannya yang di era demonstrasi tahun 66 mengritik dan mengutuk para pejabat pemerintah kemudian selepas mereka lulus berpihak ke sana dan lupa dengan visi dan misi perjuangan angkatan 66. Gie memang bersikap oposisif dan sulit untuk diajak kompromi dengan oposisinya.

Selain itu juga Gie ikut mendirikan Mapala UI. Salah satu kegiatan pentingnya adalah naik gunung. Pada saat memimpin pendakian gunung Slamet 3.442m, ia mengutip Walt Whitman dalam catatan hariannya, “Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth”.

Soe Hok Gie di pilar triangulasi puncak Pangrango, 1967
 
Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Tahun 1968 Gie sempat berkunjung ke Amerika dan Australia, dan piringan hitam favoritnya Joan Baez disita di bandara Sydney karena dianggap anti-war dan komunis. Tahun 1969 Gie lulus dan meneruskan menjadi dosen di almamaternya.

Bersama Mapala UI Gie berencana menaklukkan Gunung Semeru yang tingginya 3.676m. Sewaktu Mapala mencari pendanaan, banyak yang bertanya kenapa naik gunung dan Gie berkata kepada teman-temannya:

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

8 Desember sebelum Gie berangkat sempat menuliskan catatannya: “Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.” Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.

24 Desember 1969 Gie dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo, namun dua hari kemudian dipindahkan ke Pekuburan Kober, Tanah Abang. Tahun 1975 Ali Sadikin membongkar Pekuburan Kober sehingga harus dipindahkan lagi, namun keluarganya menolak dan teman-temannya sempat ingat bahwa jika dia meninggal sebaiknya mayatnya dibakar dan abunya disebarkan di gunung. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango.

Beberapa quote yang diambil dari catatan hariannya Gie:

“Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”

“Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.”

“Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…”

“Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.”

“Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”

“Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.”

“Menulislah !! Karena selama engkau tidak menulis, engkau akan hilang dalam arus pusara sejarah.”
Read More …

1. KEHADIRAN

Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir dihadapannya lewat surat , telepon, foto atau faks. Namun dengan berada disampingnya Anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian, dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagian.


2. MENDENGAR

Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini, sebab, kebanyakan orang lebih suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama diketehui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan. Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan hati. Untuk bisa mendengar dengan baik, pastikan Anda dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskannya. Ini memudahkan Anda memberi tanggapan yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan terdengar manis baginya.

3. D I A M

Seperti kata-kata, didalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir, atau membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya. Diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya "ruang". Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur, mengkritik bahkan mengomeli.

4. KEBEBASAN

Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan bukanlah, " Kau bebas berbuat semaumu." Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan.

5. KEINDAHAN

Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik? Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado lho. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap hari! Selain keindahan penampilan pribadi, Anda pun bisa menghadiahkan keindahan suasana dirumah. Vas dan bunga segar cantik diruang keluarga atau meja makan yang tertata indah, misalnya.

6. TANGGAPAN POSITIF

Tanpa, sadar, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah ingat, berapa kali dalam seminggu terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal yang dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula, pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima kasih dan pujian (dan juga permintaan maaf ), adalah kado cinta yang sering terlupakan.

7. KESEDIAAN MENGALAH

Tidak semua masalah layak menjai bahan pertengkaran. Apalagi sampai menjadi cekcok yang hebat. Semestinya Anda pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan itu? Bila Anda memikirkan hal ini, berarti Anda siap memberikan kado "kesediaan mengalah" Okelah, Anda mungkin kesal atau marah karena dia telat datang memenuhi janji. Tapi kalau kejadiannya baru sekali itu, kenapa mesti jadi pemicu pertengkaran yang berlarut-larut ? Kesediaan untuk mengalah juga dapat melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna didunia ini

8. SENYUMAN

Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputus asaan. pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling kita. Kapan terakhir kali anda menghadiahkan senyuman manis pada orang yang dikasihi ?
Read More …


Jika engkau bisa menjaga ketenanganmu ketika merasa tak nyaman dengan sekelilingmu karena mereka mencelamu,,,

Jika engkau bisa percaya diri ketika orang lain meragukanmu tanpa mempertanyakan alasan atas keraguan mereka,,,

Jika engkau bisa menunggu tanpa membuatmu lelah,,,

Jika engkau mampu menanggung pendustaan orang tanpa mengikuti perbuatan mereka,,,

Jika engkau bisa bermimpi tanpa dikuasai oleh mimpi,,,



Jika engkau bisa berpikir tanpa menjadikan berpikir sebagai tujuanmu,,,

Jika engkau menorehkan kesuksesan, tetapi pada saat yang lain mendapat musibah, dan engkau menghadapi dua keadaan itu dengan kondisi hati yang sama,,,

Jika engkau mendapatkan tujuan yang engkau habiskan hidupmu untuk meraihnya ternyata telah hancur dan kau putuskan kembali untuk membangunnya,,,

Dan jika kecintaan kawan tidak memperdayamu,, juga permusuhan lawan tidak melukaimu...
Berarti engkau telah menguasai bumi ini...
Bahkan mungkin,,, lebih dari itu....
Read More …

Saat malam menjelma
Saat rembulan memancarkan cahaya indahnya
Saat bintang di angkasa menari mengiringi indahnya sang rembulan malam....
Aku hanya bisa tertegun menatapnya....

Ingin kuraih sang rembulan dalam hangat dekapku
Namun apalah daya tubuh kecilku tak mampu menahan gejola rasa yang kian bergejola
Aku terperangkap dalam penjara cinta
Aku ingin lari...lari... dan berlari dari semua rasa sesal dalam hati

Kini baru ku sadari dia sangat berarti...
Dia yang selalu menerangi kesunyian malamku...
Dia yang selalu menghibur pilu hatiku....
Dia yang telah memberi kebahagiaan semu kepadaku...
Dia juga yang telah menggoreskan luka dalam hatiku...

Aku tidak menyesal dengan semua yang telah berlalu...
Aku tidak ingin hatiku tersayat pilu dan membeku...
Aku tidak ingin sang rembulan terus bermain dalam khayalku...

Sang rembulan senja telah berlalu...
Pilu hatikupun kini telah sembuh...
Senyum manis kini dapat terlihat dari raut wajahku...
Satu kata yang ingin ku ucap dari tulus hatiku...

Selamat tinggal rembulan senjaku
terima kasih untuk kebahagian semu yang kau curahkan padaku
Semoga bahagia senantiasa menyertai harimu
Kenangan indah yang kau ukir dalam kalbu, tak kan kulupa hingga akhir detak jantungku...
Read More …

Andai kata seluruh perjalanan hidup kita seumpama langit bening dibawah terpaan sinar mentari,, kebiruannya tidak dikeruhkan oleh awan hitam..

Andai kata seluruh jalan kehidupan kita terbentang dan bertaburkan bebungaan..

Andai kata kebahagian membaluri siang dan malam kita..


Tidakkah kita merindukan saat - saat terbit dan terbenam ?
Tidakkah kita merasa kehilangan saat - saat kelabu dan samar ?
Tidakkah kita merindukan sebagian awan hitam dan paling tidak badai untuk menghancurkan angin yang menonton dan kegembiraan yang berkelanjutan ?

Andaikata seluruh penyakit sirna dan duka merenggang nyawa,, menurutmu kepada siapa kita akan memberikan simpati ?

Andaikata semua kesedihan dan kepiluan sudah tidak ada, tiap - tiap orang mendapatkan semua yang diinginkan, kita semua sudah berbahagia, kesabaran telah mati, impian telah sirna, nikmatnya penderitaan sudah tak ada, maka jadilah bumi ini tanpa perasaan..
Dingin,, seperti kelengahan yang menyihir...
Read More …


Musim salju di pelupuk mata. Tanaman meranggas, mengalah pada dingin yang keji. Aku melewati Boulevard de la Bastille. Anak-anak merpati yang baru belajar terbang labuh, hinggap di bangunan satu-satunya yang tersisa dari penjara ternama Bastille, yakni menaranya, yang tegak jadi muara di ujung pertemuan paling tidak delapan boulevard.


Cepat nian waktu berlalu. Rasanya baru kemarin aku tiba di terminal bus Gallieni bersama sepupuku Arai, terbata-bata membaca nama stasiun metro, ke sana kemari membawa Pocket Reference French Dictionary, mencocok-cocokkan beberapa kata Inggris padanan Prancis dengan penjual kebab imigran Turki. Belajar tersendat-sendat menyengau- nyengaukan suara agar orang Prancis paham. Ternganga di bawah kangkangan nyonya besar Menara Eiffel, dan tahu-tahu sekarang, aku telah menyelesaikan studiku.

Di bawah Menara Bastille, aku melamun, lalu menarik garis perjalanan dari titik mula aku beranjak, di sekolah dasar Laskar Pelangi yang sembarang waktu bisa roboh di pinggir hutan di Pulau Belitong sana. Jauh tak terkira, terpencil. Dari situlah asal muasalku, dari satu kaum terbelakang yang tak percaya pada sekolah, yang kelaparan di lumbung harta gemah ripah timah. Menggerus pohon karet, menjerang kopra, menyarai madu, menangguk ikan, memunguti kerang mengais untuk makan. Dan di sini kini aku tertegun Sebab tak kutemukan satu pun penjelasan bagaimana detik ini aku bisa berada di pusat peradaban Eropa: Paris, dan meraih ijazah dari universitasnya.

Jika dulu aku tak pernah berani bermimpi sekolah ke Prancis, jika dulu aku tak menegakkan sumpah untuk sekolah setinggi-tingginya demi martabat ayahku, aku dapat melihat diriku dengan terang sore ini: sedang berdiri dengan tubuh hitam kumal, yang kelihatan hanya mataku, memegang sekop menghadapi gunungan timah, mengumpulkan napas, menghela tenaga, mencedokinya dari pukul delapan pagi sampai magrib, menggantikan tugas ayahku, yang dulu menggantikan tugas ayahnya, turun-temurun menjadi kuli kasta terendah. Aku menolak semua itu! Aku menolak perlakuan buruk nasib pada ayahku dan pada kaumku. Kini Tuhan telah memeluk mimpiku. Detik ini di jantung Paris, di hadapan tonggak penjara Bastile, perlambang kebebasan aku telah merdeka, tak goyah, tak pernah sedetik pun menyerah. Di sini, atas nama harkat kaumku, martabat ayahku, kurasakan dalam aliran darahku saat nasib membuktikan sifatnya yang hakiki bahwa ia akan memihak para pemberani.

Aku dilanda takjub. Telah kualami begitu banyak kejadian yang tak terbayangkan sebelumnya. Lalu takjub itu terurai menjadi rindu. Aku rindu pada Bu Muslimah, guruku yang pertama, rindu akan sahabatku para Laskar Pelangi: Lintang, Mahar, Trapani, Harun, Syahdan, Flo, Samson, Kucai, A Kiong, Sahara. Bagaimanakah nasib mereka sekarang? Bagaimanakah kabar sekolah Laskar Pelangi itu? Orang-orang yang kucintai itu mengalir di depanku, mengalir pelan menuju tempat yang mengenangkanku akan keindahan tak terperi: Edensor. Aku ingin mengunjunginya lagi, sebelum pulang kampung.

"Oh, Dear, long time no see."
Sapa ramah Lucy Booth, perempuan hampir tua pemilik Forgiven not Forgotten, Bed and Breakfast, satu-satunya akomodasi di Edensor. Tak ada tamu lain selain aku. Ia terkekeh di bawah kepala seekor bison berambu-rambu yang dilekatkan di dinding. Ia gembira aku datang karena akan mendapatkan sahabat untuk saling bertukar kisah. Perempuan itu seperti kebanyakan orang menjelang tua senang ngobrol.

Dari kunjunganku dulu aku telah mengenal Lucy, tapi baru sekarang kuceritakan padanya dari mana aku berasal, bagaimana aku mengenal Edensor, dan mengapa aku kembali lagi. Lucy terpana.

"Amazing, Lof! Kupikir seseorang harus mementaskan ceritamu itu ke dalam sebuah teater, bagaimana pendapat-mu?"

Edensor masih kutemukan seperti kutemukan desa ini dalam buku If Only They Could Talk, yang diberikan A Ling padaku dulu. Sama, tak ada yang berubah. Jauh sebelum aku mengunjungi Edensor tahun lalu, lewat kalimah - kalimah Herriot pengarangnya, aku telah melihat gereja Anglikan yang hitam itu dalam kepalaku.

Akulah yang melukis pohon-pohon pinus di pekarangan gereja itu.
Aku yang menghamparkan padang rumput hijau di belakang gudang – gudang jerami kosong itu.
Aku yang menegakkan gerbang desa berhiaskan ukiran logam ayam-ayam jantan itu.
Aku pula yang mengembuskan angin yang membelai pucuk-pucuk astuaria itu, semuanya dengan tenaga magis imajinasi.

Edensor adalah Taj Mahalku. Rasanya baru kemarin aku disuruh Bu Muslimah membeli kapur di toko kelontong Sinar Harapan, lalu aku tersihir oleh paras-paras kuku yang cantik, dan tiba-tiba aku terlempar di negeri asing yang amat jauh ini.

Kini kusadari yang ada hanya aku, duduk sendiri di bangku uzur yang tersandar pada jerejak kebun anggur. Aku menekan perasaan sehampa lembah Yorkshire dan ladang-ladang Darrowby yang telantar, meredakan jerit hati senyaring gemuang kumbang, meredam gemuruh rindu, membujuk diri, karena siang mengatakan A Ling telah pergi dibawa malam, tak kan pernah kembali.

Ketika kumbang-kumbang itu diam, waktu lumpuh. Kusibakkan gulma yang menutupi pagar batu penyekat ladang, masih jelas baris-baris puisi yang kuukir di situ, tahun lalu.
Tak tahu engkau di mana
Tapi, kulihat dirimu, di antara bayang pohon willow
Kudengar suaramu, dalam riak Sungai Darrow
Dan kucium dirimu, dalam angin yang berembus dari utara…
Read More …

Saat itu adalah musim bunga. Musim cinta dan keindahan. Malam itu saya tatap matanya yang indah, wajahnya yang putih bersih. Ia tersenyum manis.
Saya reguk segala cintanya...

Saya teringat puisi seorang penyair Palestin yang memimpikan hidup bahagia dengan pendamping setia dan lepas dari belenggu derita. Sambil menatap ke kaki langit Kukatakan padanya :

Di sana, di atas lautan pasir kita akan berbaring
Dan tidur nyenyak sampai Subuh tiba
Bukan kerana ketiadaan kata-kata
Tetapi kerana kupu-kupa kelelahan
Akan tidur di atas bibir kita
Besok, oh cintaku, besok
Kita akan bangun pagi sekali
Dengan para pelaut dan perahu layar mereka
Dan kita akan terbang bersama angin
Seperti burung-burung
***

Yah, saya pun memimpikan yang demikian. Ingin rasanya istirehat dari nestapa dan derita. Namun dia ternyata punya pandangan lain. Dia malah berkeras untuk masuk program Magister bersama. Gila! Idea gila! Fikirku saat itu. Bagaimana tidak. Ini adalah saat yang paling tepat untuk pergi meninggalkan Mesir dan mencari pekerjaan sebagai doktor di Negara teluk, demi menjauhi permusuhan keluarga yang tak berperasaan. Tetapi isteri saya malah terfikir untuk meraih Magister.

Saya pujuk dia untuk menghentikan niatnya. Tapi dia tetap berkeras untuk meraih Magister dan menjawab dengan logik yang tak kuasa saya tolak:
“Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan dan mendapat tawaran dari fakulti sehingga akan memperolehi keringanan dalam pembiayaan, kita harus bersabar sebentar menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam kebahagiaan. Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa tidak sekalian kita reguk sumsum penderitaan ini, kita sempurnakan prestasi akademik kita, dan kita wujudkan mimpi indah kita.”

Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan keraguan atau ketakutan sama sekali. Berhadapan dengan tekad membaja isteriku,hatiku pun luruh. Kupenuhi ajakannya dengan perasaan takjub akan kesabaran dan kekuatan jiwanya. Jadilah kami berdua masuk program Magister. Dan mulailah kami memasuki hidup baru yang lebih menderita. Kemasukan hanya cukup-cukup untuk hidup, sementara keperluan kuliah luar biasa banyaknya, dana untuk praktikal, buku dan lain-lain. Nyaris kami hidup seperti kaum sufi. Makan hanya dengan roti isy dan air. Hari-hari yang kami lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan kami. Malam-malam kami lalui bersama dengan perut lapar, teman setia kami adalah air paip. Ya, air paip. Masih terakam
dalam memori saya, bagaimana kami belajar bersama pada suatu malam sampai didera rasa lapar tak terkira, kami ubati dengan air. Yang terjadi, kami malah muntahmuntah.

Terpaksa wang untuk beli buku kami ambil untuk beli pengisi perut. Siang hari, jangan tanya, kami terpaksa puasa. Dari keterpaksaan itu terjelmalah kebiasaan dan keikhlasan.

Meski sedemikian melaratnya, kami merasa bahagia. Kami tidak pernah menyesal atau mengeluh sedikit pun. Tidak pernah saya melihat isteri saya mengeluh,menangis, sedih atau pun marah kerana suatu sebab. Kalaupun dia menangis itu bukan menyesali nasibnya, tetapi dia lebih merasa kasihan pada saya. Dia kasihan melihat keadaan saya yang asalnya terbiasa hidup mewah dengan selera high class,tiba-tiba harus hidup sengsara seperti pengemis. Dan sebaliknya saya juga merasa kasihan melihat keadaan dia, dia yang asalnya hidup selesa dan makmur dengan keluarganya harus hidup menderita di rumah sewa yang buruk dan makan ala kadarnya. Timbal balik perasaan ini ternyata menciptakan suasana mawaddah yang luar biasa kuatnya dalam diri kami. Saya tidak mampu lagi melukiskan rasa sayang,penghormatan dan cinta yang mendalam padanya.

Setiap kali saya mengangkat kepala dari buku, yang nampak di depan saya adalah wajah isteri yang lagi serius belajar. Kutatap wajahnya dalam-dalam. Saya kagum pada bidadari saya itu. Merasa diperhatikan, dia akan mengangkat pandangannya dari buku, dan menatap saya penuh cinta dan senyumannya yang khas. Jika sudah demikian, penderitaan ini terlupakan semua. Rasanya kamilah orang paling berbahagia di dunia. “Allah menyertai orang-orang yang sabar, Sayang!” bisiknya mesra sambil tersenyum. Lalu kami teruskan belajar dengan semangat membara.

Allah Maha Penyayang. Usaha kami tidak sia-sia. Kami berdua meraih gelaran Master dengan waktu tercepat di Mesir. Hanya dua tahun saja. Namun kami belum keluar dari derita. Setelah meraih Master pun kami masih mengecap hidup susah, tidur di atas tilam nipis dan tidak ada istilah makan enak dalam hidup kami. Sampai akhirnya, rahmat Allah datang jua. Setelah usaha keras, kami berjaya menandatangani kontrak kerja di sebuah rumah sakit di Kuwait. Dan untuk pertama kalinya setelah lima tahun berselimut derita dan duka, kami mengenal hidup layak dan tenang. Kami hidup di rumah yang mewah. Kami rasakan kembali tidur di atas tilam empuk. Kami kenal kembali makanan lazat setelah kami tinggal sekian tahun. Dua tahun setelah itu kami pun dapat membeli villa bertingkat dua di Heliopolis, Cairo. Sebenarnya saya rindu untuk kembali ke Mesir setelah memiliki rumah yang sesuai.

Tetapi isteriku memang “gila”. Ia kembali mengeluarkan idea gila, iaitu idea untuk
melanjutkan program doktor spesialis di London, juga dengan alasan logik yang susah
saya tolak:
“Kita doktor yang berprestasi. Hari-hari penuh derita telah kita lalui dan kita kini memiliki wang yang cukup untuk mengambil doktor di London. Setelah bertahun-tahun kita hidup di lorong buruk dan kotor, tak ada salahnya kita raih sekalian tahap akademik tertinggi sambil merasakan hidup di negara maju. Apalagi pihak rumah sakit telah menyediakan dana tambahan.”
Ku cium kening isteriku, bismillah kita ke London. Singkatnya, dengan rahmat Allah, kami berdua berjaya meraih gelaran doktor dari London. Saya spesialis saraf dan isteri saya spesialis jantung. Setelah memperoleh gelaran doktor spesialis, kami menandatangani kontrak kerja baru di Kuwait dengan gaji luar biasa besarnya. Bahkan saya diangkat sebagai doktor ahli sekaligus direktor rumah sakitnya dan isteri saya sebagai wakilnya. Kami juga mengajar di Universiti. Kami pun dikurniai seorang puteri yang cantik dan cerdas. Saya namakan dia dengan nama isteri terkasih, belahan jiwa yang menemaniku dalam suka dan duka, yang tiada henti mengilhamkan kebajikan-kebajikan.

Lima tahun setelah itu kami kembali ke Cairo setelah sebelumnya menunaikan ibadah haji di Tanah Haram. Kami kembali laksana seorang raja dan permaisurinya yang pulang dari lawatan keliling dunia. Kini kami hidup bahagia, penuh cinta dan kedamaian setelah lebih dari sembilan tahun hidup menderita, melarat dan sengsara. Mengenang masa lalu, maka bertambahlah rasa syukur kami pada Allah Subhanahuwa Ta’ala dan bertambahlah rasa cinta kami. Ini cerita nyata yang ingin saya sampaikan sebagai nasihat hidup...
Read More …

KEHIDUPAN umat manusia pada era mutakhir diperhadapkan dengan kerusakan ekologis yang sangat parah. Kian menipisnya cadangan sumber daya alam, polusi air dan udara, hujan asam, kerusakan habitat binatang, pemanasan global, efek rumah kaca, serta membesarnya lubang ozon merupakan potret nyata kerusakan ekosistem. Inilah tragedi yang meniscayakan tersedianya solusi masalah secara cerdas. Dan dunia pendidikan terkondisikan menjadi bagian penting solusi masalah.

Di berbagai penjuru dunia dewasa ini, kerusakan ekosistem kian mengemukan dan bahkan mulai mengalahkan isu-isu politik, keamanan dan ekonomi. Bahkan, kerusakan ekosistem ditengarai sebagai isu super sensitif.

Segala upaya dipandang mutlak dilakukan demi mencegah agar kerusakan ekosistem tak kian parah. Pada titik ini pula, dunia pendidikan dituntut mampu mengembangkan perspektif yang relevan.

Pertama, dunia pendidikan harus membangun pengertian bahwa kerusakan ekosistem merupakan dampak buruk dari ulah manusia memperebutkan sumber-sumber daya. Kedua, dunia pendidikan memahami kerusakan ekosistem sebagai realitas buruk yang meminta tumbal pengorbanan manusia. Dua hal ini penting dimengerti oleh dunia pendidikan sebagai saling hubungan antara manusia dan lingkungan. Dua perspektif itu memiliki makna sebagai berikut.

Pada satu sisi, segilintir manusia bertindak meluluhlantakkan ekosistem atas dasar ambisi dan egoisme. Pada lain sisi, dampak buruk kerusakan ekosistem dirasakan oleh hampir seluruh manusia. Ibarat kehidupan dalam sebuah kapal ruang angkasa, ulah segelintir manusia merusak kapal harus pula ditanggung akibatnya oleh semua manusia. Dunia pendidikan pun dituntut mampu untuk turut serta menemukan solusi agar kerusakan ekosistem tak terpilin menuju titik nadir kehancuran.

Dalam contoh kasus kelangkaan air bersih, sudah saatnya mengembangkan pendidikan tentang ekologi. Sebagai masalah universal yang dihadapi umat manusia, kelangkaan air bersih di dunia merupakan kelangkaan sumber daya alam dengan skala paling dramatis. Semula diperkirakan, minyak bumi merupakan sumber daya yang paling besar mengalami kelangkaan. Ternyata, tersedia alternatif energi manakala minyak bumi benar-benar mengalami kelangkaan.

Justru, kelangkaan air bersih tak dapat digantikan oleh sumber daya alam yang lain. Air bersih merupakan sumber daya alam yang indispensible. Sehingga dengan demikian, penting bagi dunia pendidikan memahami aneka penyebab kelangkaan air bersih. Dari sini kemudian disusun materi ajar tentang pendidikan ekologi, dengan kelangkaan air bersih sebagai fokus pembahasananya. Tujuannya, memperkuat penghayatan pentingnya melakukan ihktiar agar sumber air bersih lestari memenuhi kebutuhan manusia.

Dalam konteks air bersih, dua aspek empirik penting dimasukkan sebagai materi ajar pendidikan ekologis. Aspek pertama berkaitan erat dengan penyedotan air tanah seperti terjadi di Jakarta. Baik rumah tangga, pengelola gedung maupun pengelola apartemen telah saling berkompetisi penyedot air tanah. Sebagai akibatnya, kelangkaan air bersih disertai oleh amblesnya tanah sedalam 60 cm hingga 180 cm selama kurun waktu 1982-1997. Penyedotan air tanah juga berdampak pada terjadinya intrusi air laut hingga mencapai kawasan Jakarta Pusat. Ini berdampak serius berupa korosi atau pengeroposan fondasi dan tiang pancang gedung-gedung tinggi.

Aspek kedua berhubungan erat dengan pasokan air bersih oleh perusahaan air minum. Bahwa hanya sekitar 40% kebutuhan air bersih di kawasan perkotaan dipasok perusahaan air minum. Sebagai akibatnya, perlombaan menyedot air tanah dalam skala besar semakin menjadi-jadi. Siapa pun lalu berada dalam hitungan mundur berhadapan dengan masalah kelangkaan air bersih.

Jika dunia pendidikan berhasil menumbuhkan penghayatan baru melalui pembelajaran terhadap makna penting air bersih dan pelestariannya, maka satu permulaan yang baik telah dilakukan. Semoga dengan upaya permulaan semacam itu dunia pendidikan pada akhirnya berdiri di garda terdepan penyelamatan lingkungan.
Read More …


”Suatu hari, Muncul celah kecil pada sebuah kepompong; seorang pria duduk dan memperhatikan calon kupu2 tsb berjuang keras selama berjam2 untuk mendorong tubuhnya keluar melalui lobang kecil tersebut.”

Kemudian, tampaknya usaha tsb sia sia, berhenti dan tidak ada perkembangan yang bararti.

Seolah olah terlihat usaha tersebut sudah mencapai satu titik , dimana tidak bisa berkelanjutan.

Maka, pria itu memutuskan untuk membantu kupu2 itu.

Dia mengambil sebuah gunting dan membuka kepompong itu.Kemudian kupu2 itu keluar dengan sangat mudahnya

Tapi apa yg terjadi? Kupu2 itu memiliki tubuh yg tidak sempurna. Tubuhnya kecil dan sayapnya tidak berkembang.

Pria itu tetap memperhatikan dan berharap , tidak lama lagi, sayap tersebut akan terbuka, membesar dan berkembang menjadi kuat untuk dapat mendukung badan kupu2 itu sendiri.

Semua yg diharapkan pria itu tidak terjadi !

Kenyataanya, kupu kupu tersebut malah menghabiskan seluruh hidupnya merayap dengan tubuhnya yg lemah dan sayap yg terlipat.

Kupu kupu tersebut tidak pernah bisa terbang..

Apa yang pria itu lakukan, dengan segala kebaikan dan niat baiknya, dia tidak pernah mengerti, bahwa perjuangan untuk mengeluarkan badan kupu2 dari kepompong dengan cara mengeluarkan seluruh cairan dari badannya adalah suatu proses yang dibutuhkan, sehingga sayapnya dapat berkembang dan siap untuk terbang begitu keluar dari kepompong tersebut,sesuai dengan yang sudah ditentukan oleh TUHAN.


Seringkali, Perjuangan adalah sesuatu yg kita butuhkan dalam hidup ini


Jika TUHAN memperbolehkan kita melewati hidup ini tanpa cobaan,hal ini akan membuat kita lemah.. Kita tidak akan sekuat seperti apa yang kita harapkan, dan tidak akan pernah terbang seperti kupu2 itu.


Kita meminta Kekuatan...dan TUHAN memberi kita kesulitan untuk kita hadapi dan membuat kita menjadi kuat.

Kita meminta kebijaksanaan...dan TUHAN memberikan kita masalah2 yg harus kita pecahkan.


Jika TUHAN memperbolehkan kita melewati hidup ini tanpa cobaan,hal ini akan membuat kita lemah.. Kita tidak akan sekuat seperti apa yang kita harapkan, dan tidak akan pernah terbang seperti kupu2 itu.


Kita meminta Kekuatan...dan TUHAN memberi kita kesulitan untuk kita hadapi dan membuat kita menjadi kuat.

Kita meminta kebijaksanaan...dan TUHAN memberikan kita masalah2 yg harus kita pecahkan.

Kita meminta kemakmuran...dan TUHAN memberikan otak dan kekuatan untuk bekerja.

Kita meminta Keberanian...dan TUHAN memberi kita rintangan untuk kita hadapi.

Kita meminta Cinta...dan TUHAN memberikan orang2 yg dalam kesulitan untuk kita bantu.

Kita meminta pertolongan...dan TUHAN memberi kita kesempatan

“ Kita tidak menerima apa yang kita inginkan....,

Tapi kita menerima apa yang kita butuhkan. "

Jalanilah hidup tanpa ketakutan, hadapi semua masalah dan yakinlah bahwa kita dapat mengatasi semua itu.


Send this message to your friends and show them how much you care. Send it to anybody that you consider a FRIEND, even if this means to send it to the same person that conveyed it to you. If this message returns to you, you can be sure that your circle of friendship is made out of true friends.


Berusaha dan berdoa,, untuk menjadikan hari esok khan lebih baik...


............................................."Thank You".............................................
Read More …


(Epochtimes.co.id)

Dalam semak-semak di pinggir sebuah sungai, ada tiga ekor ulat bulu. Mereka merangkak perlahan dari tempat nan jauh. Sekarang mereka sedang bersiap-siap menyeberangi sungai, pergi ke tempat yang dipenuhi oleh bunga-bunga yang segar.

Yang satu mengatakan mereka harus menemukan jembatan penyeberangan lebih dulu, kemudian merangkak melalui jembatan itu pergi ke seberang sungai.

Yang satu lagi menimpali di pinggir kota yang sangat sepi ini mana ada jembatan. Lebih baik mereka membuat satu perahu, menyeberangi sungai memakai perahu itu.

Yang satu lagi berkata bahwa mereka telah menempuh perjalanan yang amat jauh, sudah sangat letih sekali, sekarang tiba saatnya harus berhenti dan beristirahat selama dua hari.

Dua ulat bulu yang lain menjadi tercengang mendengarkan perkataan teman mereka ini. Beristirahat?

Sungguh-sungguh sebuah lelucon, apakah tidak melihat madu yang ada dalam rumpun bunga di seberang sungai sudah hampir habis? Sepanjang perjalanan telah ditempuh dengan bergegas, masak datang kemari hanya untuk tidur di sini?

Belum habis perkataan diucap, yang satu sudah mulai memanjat pohon, bersiap-siap mematahkan sehelai daun sebagai perahu, yang satunya lagi sudah merangkak melalui sebuah jalan kecil yang ada di pinggiran sungai, mencari sebuah jembatan untukmenyeberangi sungai.

Tinggal ulat bulu yang terakhir. Dia merebahkan diri di bawah pohon yang rindang, tidak bergerak sama sekali. Dia berpikir, minum madu tentunya sangat nikmat, tetapi angin sepoi-sepoi sejuk yang berada di sini juga seharusnya dinikmati sepuasnya. Karena itu dia merangkak ke atas pohon yang paling tinggi, mencari sehelai daun dan merebahkan diri di atas daun.

Suara aliran sungai bagaikan alunan musik yang sangat nyaman untuk didengar, daun pepohonan yang ditiup angin sepoi-sepoi bagaikan ayunan keranjang bayi yang sedang bergoyang, dengan cepat ulat tersebut terlelap.

Entah telah lewat berapa lama, entah pula bermimpi apa, setelah terbangun, dia menemukan dirinya telah berubah menjadi seekor kupu-kupu yang indah sekali. Sayapnya itu begitu indah dan ringan, hanya dikibaskan untuk beberapa kali saja sudah bisa terbang ke seberang sungai sana.

Saat itu bunga-bunga sedang bermekaran dengan indah sekali, di dalam setiap kuntum bunga penuh madu yang manis dan wangi. Dia sangat ingin menemukan dua rekan seperjalanannya, tetapi dia tidak menemukan mereka, meski sudah terbang ke seluruh rumpun bunga yang berada di sana. Ternyata temannya telah mati kelelahan di tengah perjalanan, sedangkan yang satunya lagi mati terbawa arus sungai dan terhempas ke dalam laut.

Di dunia ini, bila kita melakukan sesuatu dengan mengikuti keadaan secara wajar maka akan menghasilkan kekuatan luar biasa yang tiada bandingnya. Tidak ada apapun yang memiliki daya gaib pesona yang lebih besar jika dibandingkan dengan saat kita berjalan mengikuti watak hakiki.

Sayang sekali, di dalam masyarakat sekarang ini, yang cenderung membicarakan persaingan, yang mementingkan keuntungan pribadi, prinsip seperti ini sulit untuk bisa dimengerti setiap orang.
Read More …


“Said, Anakku, sudah saatnya kau mencari teman sejati yang setia dalam suka dan duka. Seorang teman baik yang akan membantumu untuk menjadi orang baik. Teman sejati yang bisa kau ajak bercinta untuk surga.”


Di tanah Kurdistan ada seorang raja yang adil dan shalih. Dia memiliki putra; seorang anak laki-laki yang tampan, cerdas dan pemberani. Saat-saat paling menyenangkan bagi sang raja adalah ketika dia mengajari anaknya itu membaca Al-Qur’an. Sang raja menceritakan kepadanya kisah-kisah kepahlawanan para panglima dan tentaranya di medan pertempuran. Anak raja yang bernama Said itu, sangat gembira mendengar penuturan kisah ayahnya. Kecil Said akan merasa jengkel jika di tengah-tengah ayahnya bercerita, tiba-tiba ada yang memutuskannya.


Terkadang, ketika sedang asyik mendengarkan cerita ayahnya, tiba-tiba pengawal masuk dan memberitahukan bahwa ada tamu penting yang harus ditemui oleh raja. Sang raja tahu apa yang di rasakan anaknya.

Maka, dia memberi nasihat kepada anaknya, “Said, Anakku, sudah saatnya kau mencari teman sejati yang setia dalam suka dan duka. Seorang teman baik yang akan membantumu untuk menjadi orang baik. Teman sejati yang bisa kau ajak bercinta untuk surga.”

Said tersentak mendengar perkataan ayahnya.

“Apa maksud Ayah dengan teman yang bisa diajak bercinta untuk surga?” tanyanya dengan nada penasaran.

“Dia adalah teman sejati yang benar-benar mau berteman denganmu, bukan karena derajatmu, tapi karena kemurnian cinta itu sendiri, yang tercipta dari keikhlasan hati. Dia mencintaimu karena Allah. Dengan dasar itu, kaupun bisa mencintainnya dengan penuh keikhlasan; karena Allah. Kekuatan cinta kalian akan melahirkan kekuatan dahsyat yang membawa manfaat dan kebaikan. Kekuatan cinta itu juga akan bersinar dan membawa kalian masuk surga.”

Bagaimana cara mencari teman seperti itu, Ayah?” Tanya said.

Sang raja menjawab, “Kamu harus menguji orang yangbhendak kau jadikan teman. Ada sebuah cara menarik untuk menguji mereka. Undanglah siapapun yang kau anggap cocok, untuk menjadi temanmu saat makan pagi disini, di rumah kita. Jika sudah sampai di sini, ulurlah dana perlamalah waktu penyajian makanan. Biarkan mereka semakin lapar. Lihatlah apa yang kemudian mereka perbuat. Saat itu, rebuslah tiga butir telur. Jika dia tetap bersabar, hidangkanlah tiga telur itu kepadanya. Lihatlah, apa yang kemudian mereka perbuat! Itu cara yang paling mudah bagimu. Syujur, jika kau bisa mengetahui perilakunya lebih dari itu.”

.Said sangat gembira mendengar nasihat ayahnya. Dia pun mempraktikan cara mencari teman sejati yang cukup aneh itu. Mula-mula, dia mengundang anak-anak para pembesar kerajaan satu persatu. Sebagian besar dair mereka marah-marah karena hidangannya tidak-keluar-keluar. Bahkan, ada yang pulang tanpa pamit dengan hati kesal, ada yang memukul-mukul meja, ada yang meontarkan kata-kata tidak terpuji; memaki-maki karena terlalu lama menunggu hidangan.

Diantara teman anak raja itu, ada yang bernama Adil. Dia anak seorang menteri. Said melihat, sepertinya Adil anak yang baik hati dan setia. Maka, dia ingin mengujinya. Diundanglah Adil untuk makan pagi. Adil memang lebih sabar dibandingkan anak-anak sebelumnya. Dia menunggu hidangan dengan setia setelah dirasa cukup, aid mengeluarkan sebuah piring berisi telur rebus.

Melihat itu Adil berkata keras, “hanya ini sarapan kita? Ini tidak cukup mengisi perutku?”

Adil tidak mau menyentuh tekur itu. Dia pergi dan meninggalkan Said sendirian. Said diam. Dia tidak perlu meminta maaf kepada Adil karena meremehkan makanan yang telah dia rebus dengan kedua tanggannya. Dia mengerti bahwa Adil tidak lapang dada dan tidak cocok untuk menjadi teman sejatinya.

Hari berikutnya, dia mengundang anak saudagar terkaya. Tentu saja, anak saudagar itu sangat senang mendapat undangan makan pagi anak raja. Malam harinya, sengaja dia tidak makan dan melaparkan perutnya agar paginya bisa makan sebanyak mungkin. Dia membayangkan, makanan anak raja pasti enak dan lezat.

Pagi-pagi sekali, anak saudagar kaya itu telah datang menemui Said. Seperti anak-anak sebelumnya, dia harus menunggu waktu lama sampai makanan keluar. Akhirnya, Said membawa pring dengan tiga telur rebus di atasnya.

“Ini makanannya, saya ke dalam dulu mengambil air minum,” kata said seraya meletakan piring itu di atas meja.

Lalu, Said masuk ke dalam. Tanpa menunggu lagi, anak saudagar kaya itu langsung melahap satu persatu telur itu. Tidak lama kemudian, Said keluar membawa dua gelas air putih. Dia melihat ke meja ternyata tiga telur itu telah lenyap. Dia kaget.

“Mana telurnya?” Tanya Said pada anak saudagar.

“Telah aku makan.”

“Semuanya?”

“Ya, habis aku lapar sekali.”

Melihat hal itu said langsung tahu bahwa anak saudagar itu juga tidak bisa dijadikan teman setia. Dia tidak setia. Tidak bisa merasakan suka dan duka bersama. Sesungguhnya, Said juga belm makan apa-apa.

Said merasa jengkel kepada anak-anak sekitar istana. Mereka semua mementingkan diri sendiri. Tidak setia kawan. Mereka tida pantas dijadikan teman sejatinya. Akhirnya, dia meminta izin kepada ayahnya untuk pergi mencari teman sejati.

Akhirnya, said berfikir untuk mencari teman di luar istana. Kemudian, mulailah Said berpetualang melewati hutan, ladang, sawah, dan kampong-kampung untuk mencari tena yang baik.

Sampai akhirnya, di suatu hari yang cerah, dia bertemu dengan anak pencari kayu baker. Said mengikutinya diam-diam sampai ank itu tiba di gubuknya. Rumah dan pakaian anak itu menunjukan bahwa dia sangat miskin. Namu, wajah dan sinar matanya memancarkan kecerdasan dan kebaikan hati. Anak itu mengambil air wudhu, lalu shalat 2 roka’at. Said memerhatikannya dari balik rumpun pepohonan.

Selesai sholat, Said datang dan menyapa, “Kawan, kenalkan namaku Said. Kalau boleh tahu, Siapa namamu? Kau tadi sholat apa?

“Namaku Abdullah, tadi aku sholat Dhuha.”

Lalu, Said meminta anak itu agar bersedia bermain dengannya dan menjadi temannya.

Namun, Abdullah menjawab, “Kukira kita tidak cocok menjadi teman. Kau anak seorang kaya, malah mungkin anak bangsawan. Sedangkan aku, anak miskin. Anak seorang pencari kayu bakar.”

Said menyahut, “Tidak baik kau mengatakan begitu. Mengapa kau membeda-bedakan orang? Kita semua adalah hamba Allah. Semuanya sama, hanya takwa yang membuat orang mulia di sisi Allah. Apa aku kelihatan seperti anak yang jahat sehingga kau tidak mau berteman denganku? Mengapa tidak kita coba beberapa waktu dulu? Kau nanti bisa menilai, apakah aku cocok atau tidak menjadi temanmu.”

“Baiklah, kalau begitu, kita berteman. Akan tetapi, dengan syarat, hak dan kewajiban kita sama. Sebagai teman yang seia-sekata.”

Said menyepakati syarat yang diajukan oleh anak pencari kayu itu. Sejak hari itu, mereka bermain bersama; pergi ke hutan bersama, memancing bersama, dan berburu kelinci bersama. Anak tukang kayu itu mengajari berenang di sungai, menggunakan panah dan memanjat pohon di hutan. Said sangat gembira sekali berteman dengan anak yang cerdas, rendah hai, lapang dada, dan setia. Akhirnya, dia kembali ke istana dengan hati gembira.

Hari berikutnya, anak raja itu berjumpa lagi dengan teman barunya. Anak pencari kayu itu langsung mengajaknya makan di gubuknya. Dalam hati, Said merasa kalah, sebab sebelum dia mengundang makan, dia telah diundang makan.

Di dalam gubuk itu, mereka makan seadanya. Sepotong roti, garam dan air putih. Namun, Said makan dengan sangat lahap. Ingin sekali rasanya dia minta tambah kalau tidak mengingat, siapa tahu anak pencari kayu ini sedang mengujinya. Oleh karena itu, Said merasa cukup dengan apa yang diberikan kepadanya.

Selesai makan, Said mengucapkan hamdalah dan tersenyum. Setelah itu, mereka kembali bermain. Said banyak menemukan hal-hal baru di hutan, yang tida dia dapatkan di dalam istana. Oleh temannya itu, dia diajari untuk mengenali dan membedakan jenis dedaunan dan buah-buahan di hutan; antara daun dan buah yang bisa dimakan, yang bisa di jadikan obat, serta yang beracun.

“Dengan mengenal jenis buah dan dedaunan di hutan secara baik, kita tidak akan repot jika suatu kali tersesat. Persediaan makanan ada disekitar kita. Inilah keagungan Allah!” kata anak pencari kayu.

Seketika itu, Said tahu bahwa ilmu tidak hanya dia dapat dari madrasah seperti yang ada di ibukota kerajaan. Ilmu ada di mana-mana. Bahkan, di hutan sekalipun. Hari itu, Said banyak mendapatkan pengalaman berharga.

Ketika matahari sudah condong ke Barat, Said berpamitan kepada sahabatnya itu untuk pulang. Tidak lupa, Said mengundangnya makan di rumahnya besok pagi. Lalu, dia memberikan secarik kertas pada temannya itu.

“Pergilah ke ibu kota, berikan kertas ini kepada tentara yang kau temui disana. Dia akan mengantarkanmu ke rumahku,” kata said sambil senyum.

Insya Allah aku akan datang,” jawab anak pencari kayu itu.

Pagi harinya, anak pencari kayu itu samapi juga ke istana. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Said adalah anak raja. Mulanya, dia ragu untuk masuk istana. Akan tetapi, jika mengingat kebaikan dan kerendahan hati Said selama ini, dia berani masuk juga.

Said menyambutnya dengan hangat dan senyum gembira. Seperti anak-anak sebelumnya yang telah hadir di ruang makan itu, Said pun menguji temannya ini. Dia membiarkannya menunggu lama sekali. Namun, anak pencari kayu baker itu sudah terbiasa lapar. Bahkan dia pernah tidak melakan selama tiga hari. Atau, terkadang makan daun-daun mentah saja. Selama menunggu, dia tidak memikirkan makanan sama sekali. Dia hanya berfikir, seandainya semua anak bangsawan bisa sebaik anak raja ini, tentu dunia akan tentram.

Selama ini, dia mendengarbahwa anak-anak pembesar kerajaan, senang hura-hura. Namun, dia menemukan seorang anak raja yang santun dan shalih.

Akhirnya, tiga butir telur masak pun di hidangkan. Said mempersilahkan temannya untuk memulai makan. Anak pencari kayu baker itu mengambil satu. Lalu, dia mengupas kulitnya pelan-pelan. Sementara itu, Said mengupas dengan cepat dan menyantapnya. Kemudian, dengan sengaja Said mengambil telur yang ketiga. Dia mengupasanya dengan cepat dan melahapnya. Temannya selesai megupas telur. Said ingin melihat apa yang akan dilakukan temannya dengan sebutir telur itu, apakah akan dimakannya sendiri atau…?

Anak miskin itu mengambil pisau yang ada di dekat situ. Lau, dia membelah telur itu menjadi dua; yang satu dia pegang dan yang satunya lagi, dia berikan kepada Said. Tidak ayal lagi, Said menangis terharu.

Lalu, Said pun memeluk anak pencari kayu bakar itu erat-erat seraya berkata, “Engkau teman sejatiku! Engkau teman sejatiku! Engkau temanku masuk surga.”

Sejak itu, keduanya berteman dan bersahabat sengan sangat akrab. Persahabatan mereka melebihi saudara kandung. Mereka saling mencintai dan saling menghormati karena Allah Swt.

Karena kekuatan cinta itu, mereka bahkan sempat bertahun-tahun mengembara bersama untuk belajar dan berguru kepada para ulama yang tersebar di Turki, Syiria, Irak, Mesir dan yaman.

Setelah berganti bulan dan tahun, akhirnya keduanya tumbuh dewasa. Raja yang Adil; ayah Said, meninggal dunia. Akhirnya, Said diangkat menjadi Raja untuk menggantikan ayahnya. Menteri yang pertama kali dia pilih adalah Abdullah, anak pencari kayu itu. Abdullah pun benar-benar menjadi teman seperjuangan dan penasihat raja yang tiada duanya.

Meskipun telah menjadi raja dan menteri, keduanya masih sering melakukan sholat tahajud dan membaca Al-quran bersama. Kecerdasan dan kematangan jiwa keduanya mampu membawa kerajaan itu maju, makmur dan jaya; baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.
Read More …


Kenapa kepuraanmu begitu berbisa??
kini diriku terjebak dalam setiap anganku…

menanti dan terus menanti kesetiaanmu,,
meneteskan butiran kecewa dalam penantianku..

Kenapa kau hadirkan sebuah syair cinta untukku ??
tpi kau hanya menaburkanya dalam badai penghianatanmu,
dan memulai semua dengan kata-kata manis yang pahit dalam kesendirianku..

Ku menangis untuk kebahagiaanmu…
semoga kau bahagia setelah meluluhkan semua
kebahagiaanku..

Semoga penyesalanmu tak pernah datang untukku..
selamat tinggal sisa-sisa harapanku yang hampa,,
terbanglah engkau melemparkan penderitaanku yang tak berujung…
Read More …


Alkisah, di suatu masa warna-warna dunia mulai bertengkar
Semua menganggap dirinyalah yang terbaik
yang paling penting
yang paling bermanfaat
yang paling disukai


HIJAU berkata:”Jelas akulah yang terpenting.
Aku adalah pertanda kehidupan dan harapan.
Aku dipilih untuk mewarnai rerumputan, pepohonan dan dedaunan.
Tanpa aku, semua hewan akan mati.
Lihatlah ke pedesaan, aku adalah warna mayoritas ….”

BIRU menginterupsi :
“Kamu hanya berpikir tentang bumi,
pertimbangkanlah langit dan samudra luas.
Airlah yang menjadi dasar kehidupan dan
awan mengambil kekuatan dari kedalaman lautan.

Langit memberikan ruang dan kedamaian dan ketenangan.
Tanpa kedamaian, kamu semua tidak akan menjadi apa-apa”

KUNING cekikikan :
“Kalian semua serius amat sih?
Aku membawa tawa, kesenangan dan kehangatan bagi dunia.
Matahari berwarna kuning, dan bintang-bintang berwarna kuning.
Setiap kali kau melihat bunga matahari, seluruh dunia mulai tersenyum.
Tanpa aku, dunia tidak ada kesenangan.”

ORANYE menyusul dengan meniupkan trompetnya :
“Aku adalah warna kesehatan dan kekuatan.
Aku jarang, tetapi aku berharga karena aku mengisi kebutuhan kehidupan manusia.
Aku membawa vitamin-vitamin terpenting. Pikirkanlah wortel, labu, jeruk, mangga dan pepaya.
Aku tidak ada dimana-mana setiap saat,
tetapi aku mengisi lazuardi saat fajar atau saat matahari terbenam.
Keindahanku begitu menakjubkan hingga tak seorangpun dari kalian
akan terbetik di pikiran orang.”

MERAH tidak bisa diam lebih lama dan berteriak :
“Aku adalah Pemimpin kalian. Aku adalah darah – darah kehidupan!
Aku adalah warna bahaya dan keberanian.
Aku berani untuk bertempur demi suatu kuasa.
Aku membawa api ke dalam darah.
Tanpa aku, bumi akan kosong laksana bulan.
Aku adalah warna hasrat dan cinta, mawar merah, poinsentia dan bunga poppy.”

UNGU bangkit dan berdiri setinggi-tingginya ia mampu :
Ia memang tinggi dan berbicara dengan keangkuhan.
“Aku adalah warna kerajaan dan kekuasaan.
Raja, Pemimpin dan para
Uskup memilih aku sebagai pertanda otoritas dan kebijaksanaan.
Tidak seorangpun menentangku. Mereka mendengarkan dan menuruti kehendakku.”

Akhirnya NILA berbicara
lebih pelan dari yang
lainnya, namun dengan kekuatan niat yang sama :
“Pikirkanlah tentang aku. Aku warna diam.
Kalian jarang memperhatikan ada aku, namun tanpaku kalian semua menjadi dangkal.
Aku merepresentasikan pemikiran dan refleksi, matahari terbenam dan kedalaman laut.
Kalian membutuhkan aku untuk keseimbangan dan kontras, untuk doa dan ketentraman batin.”

Jadi, semua warna terus menyombongkan diri,
masing-masing yakin akan superioritas dirinya.
Perdebatan mereka menjadi semakin keras.
Tiba-tiba, sinar halilitar melintas membutakan.
Guruh menggelegar.
Hujan mulai turun tanpa ampun.
Warna-warna bersedeku
bersama ketakutan, berdekatan satu sama lain mencari ketenangan.

Di tengah suara gemuruh, hujan berbicara :


“WARNA-WARNA TOLOL, kalian bertengkar satu sama lain,
masing-masing ingin mendominasi yang lain. Tidakkah kalian
tahu bahwa kalian masing-masing diciptakan untuk tujuan khusus,
unik dan berbeda?
Berpegangan tanganlah dan mendekatlah kepadaku!”
Menuruti perintah, warna-warna berpegangan tangan mendekati
hujan, yang kemudian berkata :
“Mulai sekarang, setiap kali hujan mengguyur,
masing-masing dari kalian akan membusurkan diri sepanjang langit bagai
busur warna sebagai pengingat bahwa kalian semua dapat hidup bersama
dalam kedamaian.

Persahabatan itu bagaikan pelangi :
Merah bagaikan buah apel, terasa manis di dalamnya.
Jingga bagaikan kobaran api yang tak akan pernah padam.
Kuning bagaikan mentari yang menyinari hari-hari kita.
Hijau bagaikan tanaman yang tumbuh subur.
Biru bagaikan air jernih alami.
Ungu bagaikan kuntum bunga yang merekah.
Nila-lembayung bagaikan mimpi-mimpi yang mengisi kalbu.
Read More …

Siapapun tak akan menyangkal bahwa persahabatan sejati itu teramat indah.Betapa tidak,sungguh menyenangkan mempunyai seseorang yang sangat istimewa untuk melewati hari, berbagai cerita serta untuk merasakan suka maupun duka bersama.Begitu hebatnya persahabatan sampai-sampai sesorang bisa mengangap sahabat nya sebagai saudara kandung,bahkan lebih dari itu.Tepat kiranya jika ada yang mengatakan bahwa keindahan dunia ini belum lengkap tanpa kehadiran SAHABAT...TETAPI kadang kala,,, Persahabatan bisa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan,saat sang sahabat mulai menjauh,dan lebih memilih berteman akrab dengan yang lain.,dengan berbagai alasan.Atau saat si dia tidak lagi memiliki visi dan pandangan dengan  kita,tentu bertumpuk kecewa yang terasa,,Marah dan benci,lantaran merasa di abaikan.Lantas pepatah,''HABIS MANIS SEPAH DIBUANG''Tiba-tiba terasa klop dengan keadaan kita.

Kenangan lama tentang sahabat tak jarang terbayang kembali ke benak,namun saat itu terjadi,yang muncul hanyalah ingatan dan gambaran tentang segala cela,noda dan aib dirinya,,TIBA-TIBA kebencian dan kemarahan menuntun kita untuk mendata satu - demi satu kelemahannya dalam memory,,,, SECUILpun tak tersisa lagi kebaikan yang pernah dilakukannya.yang ada hanyalah kesalahan dan  kejelekannya. Begitulah sahabat yang awalnya kita sayangi,berubah menjadi teman yang sangat kita benci,j angankan betemu atau berbicara, sedang mendengar suara atau namanya saja telinga ini terasa panas,dan pedas.Denagn kata lain apapun yang berkaitan dengan nya seolah menyadi haram buat kita.Memang kita hanyalah manusia biasa.Adalah hal yang sangat wajar jika kebencian terbit dan bersemayam saat kita mendapat perlakuan yang tidak sesuai dengan kehendak hati,TETAPI ingatlah,tak sedikitpun kita di perintahkah MEMELIHARA kebencian,tidaK oleh ALLAH,tidak oleh NABI DAN PARA ROSUL-NYA,,tidak pula oleh para PECINTA-NYA yang sejati ,tidak ada satupun kebencian,,,,KEBENCIAN adalah bagian dari amarah bukankah Rosullullah telah berulangkali mewasiatkan supaya umatnya tidak mudah marah?????? 

 Berpikir jernihlah.wahai sahabat,,MANUSIA di ciptakan tidak hanya dengan kelebihan,tapi juga kekurangan dan kelemahan,,,sangatlah tidak mungkin kita menemukan orang yang segala prilakunya sesuai dengan harapan,dan keinginan kita.SANGAT mustahil jika kita ingin mencari orang yang segala nya sempurna dalam pandangan kita,maka terimalah apa adanya !.Tidak perlu membenci ,apalagi memutuskan hubungan silaturahim dengan nya. Untuk mengusir rasa benci, mengapa kita tidak mengingat sisi baik darinya,Mungkin saja diantara sahabat-sahabatmu yang lain,hanya dia yang AMANAH,,.Mungkin saja diantara  sahabat-sahabat mu yang lain ,hanya dia yang selalu MENEPATI JANJI...mUNGKIN SAJA diantara sahabat-sahabat mu yang lain,hanya dia yang selalu BERKATA JUJUR,,,Mungkin saja diantara sahabat-sahabatmu yang lain hanya dialah PENDENGAR YANG BAIK,,,Mungkin saja,dia mempunyai kebaikan yang tidak ditemukan pada sahabat kita yang lain....RESAPI DAN RENUNGKAN SEGALA KEBAIKANNYA,,, Jangan biarkan pikiran buruk bertahta,,jangan biarkan amarah berkuasa,,jangan biarkan setan tertawadan menari-nari diatas tangis kita,,,INGAT SELALU KEBAIKANNYA! ingat dan inga!.,,,Masih ada noktah kebencian direlung hati?Masih tersisakah gurat kebencian dan dendam/?AYOLAH,,,coba ingat yang baik-baikdari dirinya,,MESKI SEDIKIT TENTU ADA! dan pastinya AKAN ADA! Mengapa kita harus terpaku dengan karena nila setitik ,rusak susu sebelanga?Bukankah kita bisa memindahkan susu itu kebelanga yang lebih besar dan menambahkan lebih banyak susu agar NILA dalam campuran itu mengecil dan menciut???? SAHABAT ,,JANGAN biarkan kebahagiaan yang pernah kita rajut rusak hanya lantaran mengingat hal-hal yang buruk tentang diri nya.PIKIRkan saja tentang sesuatu yang indah dan menyenangkan tentang dia.Banyak hal-hal yang baik yang pernah di lakukannya,sehingga iman tidak luntur dan hati menjadi tenang,sebab hal itu merupakan satu upaya untuk menyucikan jiwa kita,.!!!!
Read More …