Cerita Senja

Andai kata seluruh perjalanan hidup kita seumpama langit bening dibawah terpaan sinar mentari,, kebiruannya tidak dikeruhkan oleh awan hitam..

Andai kata seluruh jalan kehidupan kita terbentang dan bertaburkan bebungaan..

Andai kata kebahagian membaluri siang dan malam kita..


Tidakkah kita merindukan saat - saat terbit dan terbenam ?
Tidakkah kita merasa kehilangan saat - saat kelabu dan samar ?
Tidakkah kita merindukan sebagian awan hitam dan paling tidak badai untuk menghancurkan angin yang menonton dan kegembiraan yang berkelanjutan ?

Andaikata seluruh penyakit sirna dan duka merenggang nyawa,, menurutmu kepada siapa kita akan memberikan simpati ?

Andaikata semua kesedihan dan kepiluan sudah tidak ada, tiap - tiap orang mendapatkan semua yang diinginkan, kita semua sudah berbahagia, kesabaran telah mati, impian telah sirna, nikmatnya penderitaan sudah tak ada, maka jadilah bumi ini tanpa perasaan..
Dingin,, seperti kelengahan yang menyihir...
Read More …


Musim salju di pelupuk mata. Tanaman meranggas, mengalah pada dingin yang keji. Aku melewati Boulevard de la Bastille. Anak-anak merpati yang baru belajar terbang labuh, hinggap di bangunan satu-satunya yang tersisa dari penjara ternama Bastille, yakni menaranya, yang tegak jadi muara di ujung pertemuan paling tidak delapan boulevard.


Cepat nian waktu berlalu. Rasanya baru kemarin aku tiba di terminal bus Gallieni bersama sepupuku Arai, terbata-bata membaca nama stasiun metro, ke sana kemari membawa Pocket Reference French Dictionary, mencocok-cocokkan beberapa kata Inggris padanan Prancis dengan penjual kebab imigran Turki. Belajar tersendat-sendat menyengau- nyengaukan suara agar orang Prancis paham. Ternganga di bawah kangkangan nyonya besar Menara Eiffel, dan tahu-tahu sekarang, aku telah menyelesaikan studiku.

Di bawah Menara Bastille, aku melamun, lalu menarik garis perjalanan dari titik mula aku beranjak, di sekolah dasar Laskar Pelangi yang sembarang waktu bisa roboh di pinggir hutan di Pulau Belitong sana. Jauh tak terkira, terpencil. Dari situlah asal muasalku, dari satu kaum terbelakang yang tak percaya pada sekolah, yang kelaparan di lumbung harta gemah ripah timah. Menggerus pohon karet, menjerang kopra, menyarai madu, menangguk ikan, memunguti kerang mengais untuk makan. Dan di sini kini aku tertegun Sebab tak kutemukan satu pun penjelasan bagaimana detik ini aku bisa berada di pusat peradaban Eropa: Paris, dan meraih ijazah dari universitasnya.

Jika dulu aku tak pernah berani bermimpi sekolah ke Prancis, jika dulu aku tak menegakkan sumpah untuk sekolah setinggi-tingginya demi martabat ayahku, aku dapat melihat diriku dengan terang sore ini: sedang berdiri dengan tubuh hitam kumal, yang kelihatan hanya mataku, memegang sekop menghadapi gunungan timah, mengumpulkan napas, menghela tenaga, mencedokinya dari pukul delapan pagi sampai magrib, menggantikan tugas ayahku, yang dulu menggantikan tugas ayahnya, turun-temurun menjadi kuli kasta terendah. Aku menolak semua itu! Aku menolak perlakuan buruk nasib pada ayahku dan pada kaumku. Kini Tuhan telah memeluk mimpiku. Detik ini di jantung Paris, di hadapan tonggak penjara Bastile, perlambang kebebasan aku telah merdeka, tak goyah, tak pernah sedetik pun menyerah. Di sini, atas nama harkat kaumku, martabat ayahku, kurasakan dalam aliran darahku saat nasib membuktikan sifatnya yang hakiki bahwa ia akan memihak para pemberani.

Aku dilanda takjub. Telah kualami begitu banyak kejadian yang tak terbayangkan sebelumnya. Lalu takjub itu terurai menjadi rindu. Aku rindu pada Bu Muslimah, guruku yang pertama, rindu akan sahabatku para Laskar Pelangi: Lintang, Mahar, Trapani, Harun, Syahdan, Flo, Samson, Kucai, A Kiong, Sahara. Bagaimanakah nasib mereka sekarang? Bagaimanakah kabar sekolah Laskar Pelangi itu? Orang-orang yang kucintai itu mengalir di depanku, mengalir pelan menuju tempat yang mengenangkanku akan keindahan tak terperi: Edensor. Aku ingin mengunjunginya lagi, sebelum pulang kampung.

"Oh, Dear, long time no see."
Sapa ramah Lucy Booth, perempuan hampir tua pemilik Forgiven not Forgotten, Bed and Breakfast, satu-satunya akomodasi di Edensor. Tak ada tamu lain selain aku. Ia terkekeh di bawah kepala seekor bison berambu-rambu yang dilekatkan di dinding. Ia gembira aku datang karena akan mendapatkan sahabat untuk saling bertukar kisah. Perempuan itu seperti kebanyakan orang menjelang tua senang ngobrol.

Dari kunjunganku dulu aku telah mengenal Lucy, tapi baru sekarang kuceritakan padanya dari mana aku berasal, bagaimana aku mengenal Edensor, dan mengapa aku kembali lagi. Lucy terpana.

"Amazing, Lof! Kupikir seseorang harus mementaskan ceritamu itu ke dalam sebuah teater, bagaimana pendapat-mu?"

Edensor masih kutemukan seperti kutemukan desa ini dalam buku If Only They Could Talk, yang diberikan A Ling padaku dulu. Sama, tak ada yang berubah. Jauh sebelum aku mengunjungi Edensor tahun lalu, lewat kalimah - kalimah Herriot pengarangnya, aku telah melihat gereja Anglikan yang hitam itu dalam kepalaku.

Akulah yang melukis pohon-pohon pinus di pekarangan gereja itu.
Aku yang menghamparkan padang rumput hijau di belakang gudang – gudang jerami kosong itu.
Aku yang menegakkan gerbang desa berhiaskan ukiran logam ayam-ayam jantan itu.
Aku pula yang mengembuskan angin yang membelai pucuk-pucuk astuaria itu, semuanya dengan tenaga magis imajinasi.

Edensor adalah Taj Mahalku. Rasanya baru kemarin aku disuruh Bu Muslimah membeli kapur di toko kelontong Sinar Harapan, lalu aku tersihir oleh paras-paras kuku yang cantik, dan tiba-tiba aku terlempar di negeri asing yang amat jauh ini.

Kini kusadari yang ada hanya aku, duduk sendiri di bangku uzur yang tersandar pada jerejak kebun anggur. Aku menekan perasaan sehampa lembah Yorkshire dan ladang-ladang Darrowby yang telantar, meredakan jerit hati senyaring gemuang kumbang, meredam gemuruh rindu, membujuk diri, karena siang mengatakan A Ling telah pergi dibawa malam, tak kan pernah kembali.

Ketika kumbang-kumbang itu diam, waktu lumpuh. Kusibakkan gulma yang menutupi pagar batu penyekat ladang, masih jelas baris-baris puisi yang kuukir di situ, tahun lalu.
Tak tahu engkau di mana
Tapi, kulihat dirimu, di antara bayang pohon willow
Kudengar suaramu, dalam riak Sungai Darrow
Dan kucium dirimu, dalam angin yang berembus dari utara…
Read More …

Saat itu adalah musim bunga. Musim cinta dan keindahan. Malam itu saya tatap matanya yang indah, wajahnya yang putih bersih. Ia tersenyum manis.
Saya reguk segala cintanya...

Saya teringat puisi seorang penyair Palestin yang memimpikan hidup bahagia dengan pendamping setia dan lepas dari belenggu derita. Sambil menatap ke kaki langit Kukatakan padanya :

Di sana, di atas lautan pasir kita akan berbaring
Dan tidur nyenyak sampai Subuh tiba
Bukan kerana ketiadaan kata-kata
Tetapi kerana kupu-kupa kelelahan
Akan tidur di atas bibir kita
Besok, oh cintaku, besok
Kita akan bangun pagi sekali
Dengan para pelaut dan perahu layar mereka
Dan kita akan terbang bersama angin
Seperti burung-burung
***

Yah, saya pun memimpikan yang demikian. Ingin rasanya istirehat dari nestapa dan derita. Namun dia ternyata punya pandangan lain. Dia malah berkeras untuk masuk program Magister bersama. Gila! Idea gila! Fikirku saat itu. Bagaimana tidak. Ini adalah saat yang paling tepat untuk pergi meninggalkan Mesir dan mencari pekerjaan sebagai doktor di Negara teluk, demi menjauhi permusuhan keluarga yang tak berperasaan. Tetapi isteri saya malah terfikir untuk meraih Magister.

Saya pujuk dia untuk menghentikan niatnya. Tapi dia tetap berkeras untuk meraih Magister dan menjawab dengan logik yang tak kuasa saya tolak:
“Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan dan mendapat tawaran dari fakulti sehingga akan memperolehi keringanan dalam pembiayaan, kita harus bersabar sebentar menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam kebahagiaan. Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa tidak sekalian kita reguk sumsum penderitaan ini, kita sempurnakan prestasi akademik kita, dan kita wujudkan mimpi indah kita.”

Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan keraguan atau ketakutan sama sekali. Berhadapan dengan tekad membaja isteriku,hatiku pun luruh. Kupenuhi ajakannya dengan perasaan takjub akan kesabaran dan kekuatan jiwanya. Jadilah kami berdua masuk program Magister. Dan mulailah kami memasuki hidup baru yang lebih menderita. Kemasukan hanya cukup-cukup untuk hidup, sementara keperluan kuliah luar biasa banyaknya, dana untuk praktikal, buku dan lain-lain. Nyaris kami hidup seperti kaum sufi. Makan hanya dengan roti isy dan air. Hari-hari yang kami lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan kami. Malam-malam kami lalui bersama dengan perut lapar, teman setia kami adalah air paip. Ya, air paip. Masih terakam
dalam memori saya, bagaimana kami belajar bersama pada suatu malam sampai didera rasa lapar tak terkira, kami ubati dengan air. Yang terjadi, kami malah muntahmuntah.

Terpaksa wang untuk beli buku kami ambil untuk beli pengisi perut. Siang hari, jangan tanya, kami terpaksa puasa. Dari keterpaksaan itu terjelmalah kebiasaan dan keikhlasan.

Meski sedemikian melaratnya, kami merasa bahagia. Kami tidak pernah menyesal atau mengeluh sedikit pun. Tidak pernah saya melihat isteri saya mengeluh,menangis, sedih atau pun marah kerana suatu sebab. Kalaupun dia menangis itu bukan menyesali nasibnya, tetapi dia lebih merasa kasihan pada saya. Dia kasihan melihat keadaan saya yang asalnya terbiasa hidup mewah dengan selera high class,tiba-tiba harus hidup sengsara seperti pengemis. Dan sebaliknya saya juga merasa kasihan melihat keadaan dia, dia yang asalnya hidup selesa dan makmur dengan keluarganya harus hidup menderita di rumah sewa yang buruk dan makan ala kadarnya. Timbal balik perasaan ini ternyata menciptakan suasana mawaddah yang luar biasa kuatnya dalam diri kami. Saya tidak mampu lagi melukiskan rasa sayang,penghormatan dan cinta yang mendalam padanya.

Setiap kali saya mengangkat kepala dari buku, yang nampak di depan saya adalah wajah isteri yang lagi serius belajar. Kutatap wajahnya dalam-dalam. Saya kagum pada bidadari saya itu. Merasa diperhatikan, dia akan mengangkat pandangannya dari buku, dan menatap saya penuh cinta dan senyumannya yang khas. Jika sudah demikian, penderitaan ini terlupakan semua. Rasanya kamilah orang paling berbahagia di dunia. “Allah menyertai orang-orang yang sabar, Sayang!” bisiknya mesra sambil tersenyum. Lalu kami teruskan belajar dengan semangat membara.

Allah Maha Penyayang. Usaha kami tidak sia-sia. Kami berdua meraih gelaran Master dengan waktu tercepat di Mesir. Hanya dua tahun saja. Namun kami belum keluar dari derita. Setelah meraih Master pun kami masih mengecap hidup susah, tidur di atas tilam nipis dan tidak ada istilah makan enak dalam hidup kami. Sampai akhirnya, rahmat Allah datang jua. Setelah usaha keras, kami berjaya menandatangani kontrak kerja di sebuah rumah sakit di Kuwait. Dan untuk pertama kalinya setelah lima tahun berselimut derita dan duka, kami mengenal hidup layak dan tenang. Kami hidup di rumah yang mewah. Kami rasakan kembali tidur di atas tilam empuk. Kami kenal kembali makanan lazat setelah kami tinggal sekian tahun. Dua tahun setelah itu kami pun dapat membeli villa bertingkat dua di Heliopolis, Cairo. Sebenarnya saya rindu untuk kembali ke Mesir setelah memiliki rumah yang sesuai.

Tetapi isteriku memang “gila”. Ia kembali mengeluarkan idea gila, iaitu idea untuk
melanjutkan program doktor spesialis di London, juga dengan alasan logik yang susah
saya tolak:
“Kita doktor yang berprestasi. Hari-hari penuh derita telah kita lalui dan kita kini memiliki wang yang cukup untuk mengambil doktor di London. Setelah bertahun-tahun kita hidup di lorong buruk dan kotor, tak ada salahnya kita raih sekalian tahap akademik tertinggi sambil merasakan hidup di negara maju. Apalagi pihak rumah sakit telah menyediakan dana tambahan.”
Ku cium kening isteriku, bismillah kita ke London. Singkatnya, dengan rahmat Allah, kami berdua berjaya meraih gelaran doktor dari London. Saya spesialis saraf dan isteri saya spesialis jantung. Setelah memperoleh gelaran doktor spesialis, kami menandatangani kontrak kerja baru di Kuwait dengan gaji luar biasa besarnya. Bahkan saya diangkat sebagai doktor ahli sekaligus direktor rumah sakitnya dan isteri saya sebagai wakilnya. Kami juga mengajar di Universiti. Kami pun dikurniai seorang puteri yang cantik dan cerdas. Saya namakan dia dengan nama isteri terkasih, belahan jiwa yang menemaniku dalam suka dan duka, yang tiada henti mengilhamkan kebajikan-kebajikan.

Lima tahun setelah itu kami kembali ke Cairo setelah sebelumnya menunaikan ibadah haji di Tanah Haram. Kami kembali laksana seorang raja dan permaisurinya yang pulang dari lawatan keliling dunia. Kini kami hidup bahagia, penuh cinta dan kedamaian setelah lebih dari sembilan tahun hidup menderita, melarat dan sengsara. Mengenang masa lalu, maka bertambahlah rasa syukur kami pada Allah Subhanahuwa Ta’ala dan bertambahlah rasa cinta kami. Ini cerita nyata yang ingin saya sampaikan sebagai nasihat hidup...
Read More …

KEHIDUPAN umat manusia pada era mutakhir diperhadapkan dengan kerusakan ekologis yang sangat parah. Kian menipisnya cadangan sumber daya alam, polusi air dan udara, hujan asam, kerusakan habitat binatang, pemanasan global, efek rumah kaca, serta membesarnya lubang ozon merupakan potret nyata kerusakan ekosistem. Inilah tragedi yang meniscayakan tersedianya solusi masalah secara cerdas. Dan dunia pendidikan terkondisikan menjadi bagian penting solusi masalah.

Di berbagai penjuru dunia dewasa ini, kerusakan ekosistem kian mengemukan dan bahkan mulai mengalahkan isu-isu politik, keamanan dan ekonomi. Bahkan, kerusakan ekosistem ditengarai sebagai isu super sensitif.

Segala upaya dipandang mutlak dilakukan demi mencegah agar kerusakan ekosistem tak kian parah. Pada titik ini pula, dunia pendidikan dituntut mampu mengembangkan perspektif yang relevan.

Pertama, dunia pendidikan harus membangun pengertian bahwa kerusakan ekosistem merupakan dampak buruk dari ulah manusia memperebutkan sumber-sumber daya. Kedua, dunia pendidikan memahami kerusakan ekosistem sebagai realitas buruk yang meminta tumbal pengorbanan manusia. Dua hal ini penting dimengerti oleh dunia pendidikan sebagai saling hubungan antara manusia dan lingkungan. Dua perspektif itu memiliki makna sebagai berikut.

Pada satu sisi, segilintir manusia bertindak meluluhlantakkan ekosistem atas dasar ambisi dan egoisme. Pada lain sisi, dampak buruk kerusakan ekosistem dirasakan oleh hampir seluruh manusia. Ibarat kehidupan dalam sebuah kapal ruang angkasa, ulah segelintir manusia merusak kapal harus pula ditanggung akibatnya oleh semua manusia. Dunia pendidikan pun dituntut mampu untuk turut serta menemukan solusi agar kerusakan ekosistem tak terpilin menuju titik nadir kehancuran.

Dalam contoh kasus kelangkaan air bersih, sudah saatnya mengembangkan pendidikan tentang ekologi. Sebagai masalah universal yang dihadapi umat manusia, kelangkaan air bersih di dunia merupakan kelangkaan sumber daya alam dengan skala paling dramatis. Semula diperkirakan, minyak bumi merupakan sumber daya yang paling besar mengalami kelangkaan. Ternyata, tersedia alternatif energi manakala minyak bumi benar-benar mengalami kelangkaan.

Justru, kelangkaan air bersih tak dapat digantikan oleh sumber daya alam yang lain. Air bersih merupakan sumber daya alam yang indispensible. Sehingga dengan demikian, penting bagi dunia pendidikan memahami aneka penyebab kelangkaan air bersih. Dari sini kemudian disusun materi ajar tentang pendidikan ekologi, dengan kelangkaan air bersih sebagai fokus pembahasananya. Tujuannya, memperkuat penghayatan pentingnya melakukan ihktiar agar sumber air bersih lestari memenuhi kebutuhan manusia.

Dalam konteks air bersih, dua aspek empirik penting dimasukkan sebagai materi ajar pendidikan ekologis. Aspek pertama berkaitan erat dengan penyedotan air tanah seperti terjadi di Jakarta. Baik rumah tangga, pengelola gedung maupun pengelola apartemen telah saling berkompetisi penyedot air tanah. Sebagai akibatnya, kelangkaan air bersih disertai oleh amblesnya tanah sedalam 60 cm hingga 180 cm selama kurun waktu 1982-1997. Penyedotan air tanah juga berdampak pada terjadinya intrusi air laut hingga mencapai kawasan Jakarta Pusat. Ini berdampak serius berupa korosi atau pengeroposan fondasi dan tiang pancang gedung-gedung tinggi.

Aspek kedua berhubungan erat dengan pasokan air bersih oleh perusahaan air minum. Bahwa hanya sekitar 40% kebutuhan air bersih di kawasan perkotaan dipasok perusahaan air minum. Sebagai akibatnya, perlombaan menyedot air tanah dalam skala besar semakin menjadi-jadi. Siapa pun lalu berada dalam hitungan mundur berhadapan dengan masalah kelangkaan air bersih.

Jika dunia pendidikan berhasil menumbuhkan penghayatan baru melalui pembelajaran terhadap makna penting air bersih dan pelestariannya, maka satu permulaan yang baik telah dilakukan. Semoga dengan upaya permulaan semacam itu dunia pendidikan pada akhirnya berdiri di garda terdepan penyelamatan lingkungan.
Read More …


”Suatu hari, Muncul celah kecil pada sebuah kepompong; seorang pria duduk dan memperhatikan calon kupu2 tsb berjuang keras selama berjam2 untuk mendorong tubuhnya keluar melalui lobang kecil tersebut.”

Kemudian, tampaknya usaha tsb sia sia, berhenti dan tidak ada perkembangan yang bararti.

Seolah olah terlihat usaha tersebut sudah mencapai satu titik , dimana tidak bisa berkelanjutan.

Maka, pria itu memutuskan untuk membantu kupu2 itu.

Dia mengambil sebuah gunting dan membuka kepompong itu.Kemudian kupu2 itu keluar dengan sangat mudahnya

Tapi apa yg terjadi? Kupu2 itu memiliki tubuh yg tidak sempurna. Tubuhnya kecil dan sayapnya tidak berkembang.

Pria itu tetap memperhatikan dan berharap , tidak lama lagi, sayap tersebut akan terbuka, membesar dan berkembang menjadi kuat untuk dapat mendukung badan kupu2 itu sendiri.

Semua yg diharapkan pria itu tidak terjadi !

Kenyataanya, kupu kupu tersebut malah menghabiskan seluruh hidupnya merayap dengan tubuhnya yg lemah dan sayap yg terlipat.

Kupu kupu tersebut tidak pernah bisa terbang..

Apa yang pria itu lakukan, dengan segala kebaikan dan niat baiknya, dia tidak pernah mengerti, bahwa perjuangan untuk mengeluarkan badan kupu2 dari kepompong dengan cara mengeluarkan seluruh cairan dari badannya adalah suatu proses yang dibutuhkan, sehingga sayapnya dapat berkembang dan siap untuk terbang begitu keluar dari kepompong tersebut,sesuai dengan yang sudah ditentukan oleh TUHAN.


Seringkali, Perjuangan adalah sesuatu yg kita butuhkan dalam hidup ini


Jika TUHAN memperbolehkan kita melewati hidup ini tanpa cobaan,hal ini akan membuat kita lemah.. Kita tidak akan sekuat seperti apa yang kita harapkan, dan tidak akan pernah terbang seperti kupu2 itu.


Kita meminta Kekuatan...dan TUHAN memberi kita kesulitan untuk kita hadapi dan membuat kita menjadi kuat.

Kita meminta kebijaksanaan...dan TUHAN memberikan kita masalah2 yg harus kita pecahkan.


Jika TUHAN memperbolehkan kita melewati hidup ini tanpa cobaan,hal ini akan membuat kita lemah.. Kita tidak akan sekuat seperti apa yang kita harapkan, dan tidak akan pernah terbang seperti kupu2 itu.


Kita meminta Kekuatan...dan TUHAN memberi kita kesulitan untuk kita hadapi dan membuat kita menjadi kuat.

Kita meminta kebijaksanaan...dan TUHAN memberikan kita masalah2 yg harus kita pecahkan.

Kita meminta kemakmuran...dan TUHAN memberikan otak dan kekuatan untuk bekerja.

Kita meminta Keberanian...dan TUHAN memberi kita rintangan untuk kita hadapi.

Kita meminta Cinta...dan TUHAN memberikan orang2 yg dalam kesulitan untuk kita bantu.

Kita meminta pertolongan...dan TUHAN memberi kita kesempatan

“ Kita tidak menerima apa yang kita inginkan....,

Tapi kita menerima apa yang kita butuhkan. "

Jalanilah hidup tanpa ketakutan, hadapi semua masalah dan yakinlah bahwa kita dapat mengatasi semua itu.


Send this message to your friends and show them how much you care. Send it to anybody that you consider a FRIEND, even if this means to send it to the same person that conveyed it to you. If this message returns to you, you can be sure that your circle of friendship is made out of true friends.


Berusaha dan berdoa,, untuk menjadikan hari esok khan lebih baik...


............................................."Thank You".............................................
Read More …


(Epochtimes.co.id)

Dalam semak-semak di pinggir sebuah sungai, ada tiga ekor ulat bulu. Mereka merangkak perlahan dari tempat nan jauh. Sekarang mereka sedang bersiap-siap menyeberangi sungai, pergi ke tempat yang dipenuhi oleh bunga-bunga yang segar.

Yang satu mengatakan mereka harus menemukan jembatan penyeberangan lebih dulu, kemudian merangkak melalui jembatan itu pergi ke seberang sungai.

Yang satu lagi menimpali di pinggir kota yang sangat sepi ini mana ada jembatan. Lebih baik mereka membuat satu perahu, menyeberangi sungai memakai perahu itu.

Yang satu lagi berkata bahwa mereka telah menempuh perjalanan yang amat jauh, sudah sangat letih sekali, sekarang tiba saatnya harus berhenti dan beristirahat selama dua hari.

Dua ulat bulu yang lain menjadi tercengang mendengarkan perkataan teman mereka ini. Beristirahat?

Sungguh-sungguh sebuah lelucon, apakah tidak melihat madu yang ada dalam rumpun bunga di seberang sungai sudah hampir habis? Sepanjang perjalanan telah ditempuh dengan bergegas, masak datang kemari hanya untuk tidur di sini?

Belum habis perkataan diucap, yang satu sudah mulai memanjat pohon, bersiap-siap mematahkan sehelai daun sebagai perahu, yang satunya lagi sudah merangkak melalui sebuah jalan kecil yang ada di pinggiran sungai, mencari sebuah jembatan untukmenyeberangi sungai.

Tinggal ulat bulu yang terakhir. Dia merebahkan diri di bawah pohon yang rindang, tidak bergerak sama sekali. Dia berpikir, minum madu tentunya sangat nikmat, tetapi angin sepoi-sepoi sejuk yang berada di sini juga seharusnya dinikmati sepuasnya. Karena itu dia merangkak ke atas pohon yang paling tinggi, mencari sehelai daun dan merebahkan diri di atas daun.

Suara aliran sungai bagaikan alunan musik yang sangat nyaman untuk didengar, daun pepohonan yang ditiup angin sepoi-sepoi bagaikan ayunan keranjang bayi yang sedang bergoyang, dengan cepat ulat tersebut terlelap.

Entah telah lewat berapa lama, entah pula bermimpi apa, setelah terbangun, dia menemukan dirinya telah berubah menjadi seekor kupu-kupu yang indah sekali. Sayapnya itu begitu indah dan ringan, hanya dikibaskan untuk beberapa kali saja sudah bisa terbang ke seberang sungai sana.

Saat itu bunga-bunga sedang bermekaran dengan indah sekali, di dalam setiap kuntum bunga penuh madu yang manis dan wangi. Dia sangat ingin menemukan dua rekan seperjalanannya, tetapi dia tidak menemukan mereka, meski sudah terbang ke seluruh rumpun bunga yang berada di sana. Ternyata temannya telah mati kelelahan di tengah perjalanan, sedangkan yang satunya lagi mati terbawa arus sungai dan terhempas ke dalam laut.

Di dunia ini, bila kita melakukan sesuatu dengan mengikuti keadaan secara wajar maka akan menghasilkan kekuatan luar biasa yang tiada bandingnya. Tidak ada apapun yang memiliki daya gaib pesona yang lebih besar jika dibandingkan dengan saat kita berjalan mengikuti watak hakiki.

Sayang sekali, di dalam masyarakat sekarang ini, yang cenderung membicarakan persaingan, yang mementingkan keuntungan pribadi, prinsip seperti ini sulit untuk bisa dimengerti setiap orang.
Read More …


“Said, Anakku, sudah saatnya kau mencari teman sejati yang setia dalam suka dan duka. Seorang teman baik yang akan membantumu untuk menjadi orang baik. Teman sejati yang bisa kau ajak bercinta untuk surga.”


Di tanah Kurdistan ada seorang raja yang adil dan shalih. Dia memiliki putra; seorang anak laki-laki yang tampan, cerdas dan pemberani. Saat-saat paling menyenangkan bagi sang raja adalah ketika dia mengajari anaknya itu membaca Al-Qur’an. Sang raja menceritakan kepadanya kisah-kisah kepahlawanan para panglima dan tentaranya di medan pertempuran. Anak raja yang bernama Said itu, sangat gembira mendengar penuturan kisah ayahnya. Kecil Said akan merasa jengkel jika di tengah-tengah ayahnya bercerita, tiba-tiba ada yang memutuskannya.


Terkadang, ketika sedang asyik mendengarkan cerita ayahnya, tiba-tiba pengawal masuk dan memberitahukan bahwa ada tamu penting yang harus ditemui oleh raja. Sang raja tahu apa yang di rasakan anaknya.

Maka, dia memberi nasihat kepada anaknya, “Said, Anakku, sudah saatnya kau mencari teman sejati yang setia dalam suka dan duka. Seorang teman baik yang akan membantumu untuk menjadi orang baik. Teman sejati yang bisa kau ajak bercinta untuk surga.”

Said tersentak mendengar perkataan ayahnya.

“Apa maksud Ayah dengan teman yang bisa diajak bercinta untuk surga?” tanyanya dengan nada penasaran.

“Dia adalah teman sejati yang benar-benar mau berteman denganmu, bukan karena derajatmu, tapi karena kemurnian cinta itu sendiri, yang tercipta dari keikhlasan hati. Dia mencintaimu karena Allah. Dengan dasar itu, kaupun bisa mencintainnya dengan penuh keikhlasan; karena Allah. Kekuatan cinta kalian akan melahirkan kekuatan dahsyat yang membawa manfaat dan kebaikan. Kekuatan cinta itu juga akan bersinar dan membawa kalian masuk surga.”

Bagaimana cara mencari teman seperti itu, Ayah?” Tanya said.

Sang raja menjawab, “Kamu harus menguji orang yangbhendak kau jadikan teman. Ada sebuah cara menarik untuk menguji mereka. Undanglah siapapun yang kau anggap cocok, untuk menjadi temanmu saat makan pagi disini, di rumah kita. Jika sudah sampai di sini, ulurlah dana perlamalah waktu penyajian makanan. Biarkan mereka semakin lapar. Lihatlah apa yang kemudian mereka perbuat. Saat itu, rebuslah tiga butir telur. Jika dia tetap bersabar, hidangkanlah tiga telur itu kepadanya. Lihatlah, apa yang kemudian mereka perbuat! Itu cara yang paling mudah bagimu. Syujur, jika kau bisa mengetahui perilakunya lebih dari itu.”

.Said sangat gembira mendengar nasihat ayahnya. Dia pun mempraktikan cara mencari teman sejati yang cukup aneh itu. Mula-mula, dia mengundang anak-anak para pembesar kerajaan satu persatu. Sebagian besar dair mereka marah-marah karena hidangannya tidak-keluar-keluar. Bahkan, ada yang pulang tanpa pamit dengan hati kesal, ada yang memukul-mukul meja, ada yang meontarkan kata-kata tidak terpuji; memaki-maki karena terlalu lama menunggu hidangan.

Diantara teman anak raja itu, ada yang bernama Adil. Dia anak seorang menteri. Said melihat, sepertinya Adil anak yang baik hati dan setia. Maka, dia ingin mengujinya. Diundanglah Adil untuk makan pagi. Adil memang lebih sabar dibandingkan anak-anak sebelumnya. Dia menunggu hidangan dengan setia setelah dirasa cukup, aid mengeluarkan sebuah piring berisi telur rebus.

Melihat itu Adil berkata keras, “hanya ini sarapan kita? Ini tidak cukup mengisi perutku?”

Adil tidak mau menyentuh tekur itu. Dia pergi dan meninggalkan Said sendirian. Said diam. Dia tidak perlu meminta maaf kepada Adil karena meremehkan makanan yang telah dia rebus dengan kedua tanggannya. Dia mengerti bahwa Adil tidak lapang dada dan tidak cocok untuk menjadi teman sejatinya.

Hari berikutnya, dia mengundang anak saudagar terkaya. Tentu saja, anak saudagar itu sangat senang mendapat undangan makan pagi anak raja. Malam harinya, sengaja dia tidak makan dan melaparkan perutnya agar paginya bisa makan sebanyak mungkin. Dia membayangkan, makanan anak raja pasti enak dan lezat.

Pagi-pagi sekali, anak saudagar kaya itu telah datang menemui Said. Seperti anak-anak sebelumnya, dia harus menunggu waktu lama sampai makanan keluar. Akhirnya, Said membawa pring dengan tiga telur rebus di atasnya.

“Ini makanannya, saya ke dalam dulu mengambil air minum,” kata said seraya meletakan piring itu di atas meja.

Lalu, Said masuk ke dalam. Tanpa menunggu lagi, anak saudagar kaya itu langsung melahap satu persatu telur itu. Tidak lama kemudian, Said keluar membawa dua gelas air putih. Dia melihat ke meja ternyata tiga telur itu telah lenyap. Dia kaget.

“Mana telurnya?” Tanya Said pada anak saudagar.

“Telah aku makan.”

“Semuanya?”

“Ya, habis aku lapar sekali.”

Melihat hal itu said langsung tahu bahwa anak saudagar itu juga tidak bisa dijadikan teman setia. Dia tidak setia. Tidak bisa merasakan suka dan duka bersama. Sesungguhnya, Said juga belm makan apa-apa.

Said merasa jengkel kepada anak-anak sekitar istana. Mereka semua mementingkan diri sendiri. Tidak setia kawan. Mereka tida pantas dijadikan teman sejatinya. Akhirnya, dia meminta izin kepada ayahnya untuk pergi mencari teman sejati.

Akhirnya, said berfikir untuk mencari teman di luar istana. Kemudian, mulailah Said berpetualang melewati hutan, ladang, sawah, dan kampong-kampung untuk mencari tena yang baik.

Sampai akhirnya, di suatu hari yang cerah, dia bertemu dengan anak pencari kayu baker. Said mengikutinya diam-diam sampai ank itu tiba di gubuknya. Rumah dan pakaian anak itu menunjukan bahwa dia sangat miskin. Namu, wajah dan sinar matanya memancarkan kecerdasan dan kebaikan hati. Anak itu mengambil air wudhu, lalu shalat 2 roka’at. Said memerhatikannya dari balik rumpun pepohonan.

Selesai sholat, Said datang dan menyapa, “Kawan, kenalkan namaku Said. Kalau boleh tahu, Siapa namamu? Kau tadi sholat apa?

“Namaku Abdullah, tadi aku sholat Dhuha.”

Lalu, Said meminta anak itu agar bersedia bermain dengannya dan menjadi temannya.

Namun, Abdullah menjawab, “Kukira kita tidak cocok menjadi teman. Kau anak seorang kaya, malah mungkin anak bangsawan. Sedangkan aku, anak miskin. Anak seorang pencari kayu bakar.”

Said menyahut, “Tidak baik kau mengatakan begitu. Mengapa kau membeda-bedakan orang? Kita semua adalah hamba Allah. Semuanya sama, hanya takwa yang membuat orang mulia di sisi Allah. Apa aku kelihatan seperti anak yang jahat sehingga kau tidak mau berteman denganku? Mengapa tidak kita coba beberapa waktu dulu? Kau nanti bisa menilai, apakah aku cocok atau tidak menjadi temanmu.”

“Baiklah, kalau begitu, kita berteman. Akan tetapi, dengan syarat, hak dan kewajiban kita sama. Sebagai teman yang seia-sekata.”

Said menyepakati syarat yang diajukan oleh anak pencari kayu itu. Sejak hari itu, mereka bermain bersama; pergi ke hutan bersama, memancing bersama, dan berburu kelinci bersama. Anak tukang kayu itu mengajari berenang di sungai, menggunakan panah dan memanjat pohon di hutan. Said sangat gembira sekali berteman dengan anak yang cerdas, rendah hai, lapang dada, dan setia. Akhirnya, dia kembali ke istana dengan hati gembira.

Hari berikutnya, anak raja itu berjumpa lagi dengan teman barunya. Anak pencari kayu itu langsung mengajaknya makan di gubuknya. Dalam hati, Said merasa kalah, sebab sebelum dia mengundang makan, dia telah diundang makan.

Di dalam gubuk itu, mereka makan seadanya. Sepotong roti, garam dan air putih. Namun, Said makan dengan sangat lahap. Ingin sekali rasanya dia minta tambah kalau tidak mengingat, siapa tahu anak pencari kayu ini sedang mengujinya. Oleh karena itu, Said merasa cukup dengan apa yang diberikan kepadanya.

Selesai makan, Said mengucapkan hamdalah dan tersenyum. Setelah itu, mereka kembali bermain. Said banyak menemukan hal-hal baru di hutan, yang tida dia dapatkan di dalam istana. Oleh temannya itu, dia diajari untuk mengenali dan membedakan jenis dedaunan dan buah-buahan di hutan; antara daun dan buah yang bisa dimakan, yang bisa di jadikan obat, serta yang beracun.

“Dengan mengenal jenis buah dan dedaunan di hutan secara baik, kita tidak akan repot jika suatu kali tersesat. Persediaan makanan ada disekitar kita. Inilah keagungan Allah!” kata anak pencari kayu.

Seketika itu, Said tahu bahwa ilmu tidak hanya dia dapat dari madrasah seperti yang ada di ibukota kerajaan. Ilmu ada di mana-mana. Bahkan, di hutan sekalipun. Hari itu, Said banyak mendapatkan pengalaman berharga.

Ketika matahari sudah condong ke Barat, Said berpamitan kepada sahabatnya itu untuk pulang. Tidak lupa, Said mengundangnya makan di rumahnya besok pagi. Lalu, dia memberikan secarik kertas pada temannya itu.

“Pergilah ke ibu kota, berikan kertas ini kepada tentara yang kau temui disana. Dia akan mengantarkanmu ke rumahku,” kata said sambil senyum.

Insya Allah aku akan datang,” jawab anak pencari kayu itu.

Pagi harinya, anak pencari kayu itu samapi juga ke istana. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Said adalah anak raja. Mulanya, dia ragu untuk masuk istana. Akan tetapi, jika mengingat kebaikan dan kerendahan hati Said selama ini, dia berani masuk juga.

Said menyambutnya dengan hangat dan senyum gembira. Seperti anak-anak sebelumnya yang telah hadir di ruang makan itu, Said pun menguji temannya ini. Dia membiarkannya menunggu lama sekali. Namun, anak pencari kayu baker itu sudah terbiasa lapar. Bahkan dia pernah tidak melakan selama tiga hari. Atau, terkadang makan daun-daun mentah saja. Selama menunggu, dia tidak memikirkan makanan sama sekali. Dia hanya berfikir, seandainya semua anak bangsawan bisa sebaik anak raja ini, tentu dunia akan tentram.

Selama ini, dia mendengarbahwa anak-anak pembesar kerajaan, senang hura-hura. Namun, dia menemukan seorang anak raja yang santun dan shalih.

Akhirnya, tiga butir telur masak pun di hidangkan. Said mempersilahkan temannya untuk memulai makan. Anak pencari kayu baker itu mengambil satu. Lalu, dia mengupas kulitnya pelan-pelan. Sementara itu, Said mengupas dengan cepat dan menyantapnya. Kemudian, dengan sengaja Said mengambil telur yang ketiga. Dia mengupasanya dengan cepat dan melahapnya. Temannya selesai megupas telur. Said ingin melihat apa yang akan dilakukan temannya dengan sebutir telur itu, apakah akan dimakannya sendiri atau…?

Anak miskin itu mengambil pisau yang ada di dekat situ. Lau, dia membelah telur itu menjadi dua; yang satu dia pegang dan yang satunya lagi, dia berikan kepada Said. Tidak ayal lagi, Said menangis terharu.

Lalu, Said pun memeluk anak pencari kayu bakar itu erat-erat seraya berkata, “Engkau teman sejatiku! Engkau teman sejatiku! Engkau temanku masuk surga.”

Sejak itu, keduanya berteman dan bersahabat sengan sangat akrab. Persahabatan mereka melebihi saudara kandung. Mereka saling mencintai dan saling menghormati karena Allah Swt.

Karena kekuatan cinta itu, mereka bahkan sempat bertahun-tahun mengembara bersama untuk belajar dan berguru kepada para ulama yang tersebar di Turki, Syiria, Irak, Mesir dan yaman.

Setelah berganti bulan dan tahun, akhirnya keduanya tumbuh dewasa. Raja yang Adil; ayah Said, meninggal dunia. Akhirnya, Said diangkat menjadi Raja untuk menggantikan ayahnya. Menteri yang pertama kali dia pilih adalah Abdullah, anak pencari kayu itu. Abdullah pun benar-benar menjadi teman seperjuangan dan penasihat raja yang tiada duanya.

Meskipun telah menjadi raja dan menteri, keduanya masih sering melakukan sholat tahajud dan membaca Al-quran bersama. Kecerdasan dan kematangan jiwa keduanya mampu membawa kerajaan itu maju, makmur dan jaya; baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.
Read More …


Kenapa kepuraanmu begitu berbisa??
kini diriku terjebak dalam setiap anganku…

menanti dan terus menanti kesetiaanmu,,
meneteskan butiran kecewa dalam penantianku..

Kenapa kau hadirkan sebuah syair cinta untukku ??
tpi kau hanya menaburkanya dalam badai penghianatanmu,
dan memulai semua dengan kata-kata manis yang pahit dalam kesendirianku..

Ku menangis untuk kebahagiaanmu…
semoga kau bahagia setelah meluluhkan semua
kebahagiaanku..

Semoga penyesalanmu tak pernah datang untukku..
selamat tinggal sisa-sisa harapanku yang hampa,,
terbanglah engkau melemparkan penderitaanku yang tak berujung…
Read More …


Alkisah, di suatu masa warna-warna dunia mulai bertengkar
Semua menganggap dirinyalah yang terbaik
yang paling penting
yang paling bermanfaat
yang paling disukai


HIJAU berkata:”Jelas akulah yang terpenting.
Aku adalah pertanda kehidupan dan harapan.
Aku dipilih untuk mewarnai rerumputan, pepohonan dan dedaunan.
Tanpa aku, semua hewan akan mati.
Lihatlah ke pedesaan, aku adalah warna mayoritas ….”

BIRU menginterupsi :
“Kamu hanya berpikir tentang bumi,
pertimbangkanlah langit dan samudra luas.
Airlah yang menjadi dasar kehidupan dan
awan mengambil kekuatan dari kedalaman lautan.

Langit memberikan ruang dan kedamaian dan ketenangan.
Tanpa kedamaian, kamu semua tidak akan menjadi apa-apa”

KUNING cekikikan :
“Kalian semua serius amat sih?
Aku membawa tawa, kesenangan dan kehangatan bagi dunia.
Matahari berwarna kuning, dan bintang-bintang berwarna kuning.
Setiap kali kau melihat bunga matahari, seluruh dunia mulai tersenyum.
Tanpa aku, dunia tidak ada kesenangan.”

ORANYE menyusul dengan meniupkan trompetnya :
“Aku adalah warna kesehatan dan kekuatan.
Aku jarang, tetapi aku berharga karena aku mengisi kebutuhan kehidupan manusia.
Aku membawa vitamin-vitamin terpenting. Pikirkanlah wortel, labu, jeruk, mangga dan pepaya.
Aku tidak ada dimana-mana setiap saat,
tetapi aku mengisi lazuardi saat fajar atau saat matahari terbenam.
Keindahanku begitu menakjubkan hingga tak seorangpun dari kalian
akan terbetik di pikiran orang.”

MERAH tidak bisa diam lebih lama dan berteriak :
“Aku adalah Pemimpin kalian. Aku adalah darah – darah kehidupan!
Aku adalah warna bahaya dan keberanian.
Aku berani untuk bertempur demi suatu kuasa.
Aku membawa api ke dalam darah.
Tanpa aku, bumi akan kosong laksana bulan.
Aku adalah warna hasrat dan cinta, mawar merah, poinsentia dan bunga poppy.”

UNGU bangkit dan berdiri setinggi-tingginya ia mampu :
Ia memang tinggi dan berbicara dengan keangkuhan.
“Aku adalah warna kerajaan dan kekuasaan.
Raja, Pemimpin dan para
Uskup memilih aku sebagai pertanda otoritas dan kebijaksanaan.
Tidak seorangpun menentangku. Mereka mendengarkan dan menuruti kehendakku.”

Akhirnya NILA berbicara
lebih pelan dari yang
lainnya, namun dengan kekuatan niat yang sama :
“Pikirkanlah tentang aku. Aku warna diam.
Kalian jarang memperhatikan ada aku, namun tanpaku kalian semua menjadi dangkal.
Aku merepresentasikan pemikiran dan refleksi, matahari terbenam dan kedalaman laut.
Kalian membutuhkan aku untuk keseimbangan dan kontras, untuk doa dan ketentraman batin.”

Jadi, semua warna terus menyombongkan diri,
masing-masing yakin akan superioritas dirinya.
Perdebatan mereka menjadi semakin keras.
Tiba-tiba, sinar halilitar melintas membutakan.
Guruh menggelegar.
Hujan mulai turun tanpa ampun.
Warna-warna bersedeku
bersama ketakutan, berdekatan satu sama lain mencari ketenangan.

Di tengah suara gemuruh, hujan berbicara :


“WARNA-WARNA TOLOL, kalian bertengkar satu sama lain,
masing-masing ingin mendominasi yang lain. Tidakkah kalian
tahu bahwa kalian masing-masing diciptakan untuk tujuan khusus,
unik dan berbeda?
Berpegangan tanganlah dan mendekatlah kepadaku!”
Menuruti perintah, warna-warna berpegangan tangan mendekati
hujan, yang kemudian berkata :
“Mulai sekarang, setiap kali hujan mengguyur,
masing-masing dari kalian akan membusurkan diri sepanjang langit bagai
busur warna sebagai pengingat bahwa kalian semua dapat hidup bersama
dalam kedamaian.

Persahabatan itu bagaikan pelangi :
Merah bagaikan buah apel, terasa manis di dalamnya.
Jingga bagaikan kobaran api yang tak akan pernah padam.
Kuning bagaikan mentari yang menyinari hari-hari kita.
Hijau bagaikan tanaman yang tumbuh subur.
Biru bagaikan air jernih alami.
Ungu bagaikan kuntum bunga yang merekah.
Nila-lembayung bagaikan mimpi-mimpi yang mengisi kalbu.
Read More …

Siapapun tak akan menyangkal bahwa persahabatan sejati itu teramat indah.Betapa tidak,sungguh menyenangkan mempunyai seseorang yang sangat istimewa untuk melewati hari, berbagai cerita serta untuk merasakan suka maupun duka bersama.Begitu hebatnya persahabatan sampai-sampai sesorang bisa mengangap sahabat nya sebagai saudara kandung,bahkan lebih dari itu.Tepat kiranya jika ada yang mengatakan bahwa keindahan dunia ini belum lengkap tanpa kehadiran SAHABAT...TETAPI kadang kala,,, Persahabatan bisa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan,saat sang sahabat mulai menjauh,dan lebih memilih berteman akrab dengan yang lain.,dengan berbagai alasan.Atau saat si dia tidak lagi memiliki visi dan pandangan dengan  kita,tentu bertumpuk kecewa yang terasa,,Marah dan benci,lantaran merasa di abaikan.Lantas pepatah,''HABIS MANIS SEPAH DIBUANG''Tiba-tiba terasa klop dengan keadaan kita.

Kenangan lama tentang sahabat tak jarang terbayang kembali ke benak,namun saat itu terjadi,yang muncul hanyalah ingatan dan gambaran tentang segala cela,noda dan aib dirinya,,TIBA-TIBA kebencian dan kemarahan menuntun kita untuk mendata satu - demi satu kelemahannya dalam memory,,,, SECUILpun tak tersisa lagi kebaikan yang pernah dilakukannya.yang ada hanyalah kesalahan dan  kejelekannya. Begitulah sahabat yang awalnya kita sayangi,berubah menjadi teman yang sangat kita benci,j angankan betemu atau berbicara, sedang mendengar suara atau namanya saja telinga ini terasa panas,dan pedas.Denagn kata lain apapun yang berkaitan dengan nya seolah menyadi haram buat kita.Memang kita hanyalah manusia biasa.Adalah hal yang sangat wajar jika kebencian terbit dan bersemayam saat kita mendapat perlakuan yang tidak sesuai dengan kehendak hati,TETAPI ingatlah,tak sedikitpun kita di perintahkah MEMELIHARA kebencian,tidaK oleh ALLAH,tidak oleh NABI DAN PARA ROSUL-NYA,,tidak pula oleh para PECINTA-NYA yang sejati ,tidak ada satupun kebencian,,,,KEBENCIAN adalah bagian dari amarah bukankah Rosullullah telah berulangkali mewasiatkan supaya umatnya tidak mudah marah?????? 

 Berpikir jernihlah.wahai sahabat,,MANUSIA di ciptakan tidak hanya dengan kelebihan,tapi juga kekurangan dan kelemahan,,,sangatlah tidak mungkin kita menemukan orang yang segala prilakunya sesuai dengan harapan,dan keinginan kita.SANGAT mustahil jika kita ingin mencari orang yang segala nya sempurna dalam pandangan kita,maka terimalah apa adanya !.Tidak perlu membenci ,apalagi memutuskan hubungan silaturahim dengan nya. Untuk mengusir rasa benci, mengapa kita tidak mengingat sisi baik darinya,Mungkin saja diantara sahabat-sahabatmu yang lain,hanya dia yang AMANAH,,.Mungkin saja diantara  sahabat-sahabat mu yang lain ,hanya dia yang selalu MENEPATI JANJI...mUNGKIN SAJA diantara sahabat-sahabat mu yang lain,hanya dia yang selalu BERKATA JUJUR,,,Mungkin saja diantara sahabat-sahabatmu yang lain hanya dialah PENDENGAR YANG BAIK,,,Mungkin saja,dia mempunyai kebaikan yang tidak ditemukan pada sahabat kita yang lain....RESAPI DAN RENUNGKAN SEGALA KEBAIKANNYA,,, Jangan biarkan pikiran buruk bertahta,,jangan biarkan amarah berkuasa,,jangan biarkan setan tertawadan menari-nari diatas tangis kita,,,INGAT SELALU KEBAIKANNYA! ingat dan inga!.,,,Masih ada noktah kebencian direlung hati?Masih tersisakah gurat kebencian dan dendam/?AYOLAH,,,coba ingat yang baik-baikdari dirinya,,MESKI SEDIKIT TENTU ADA! dan pastinya AKAN ADA! Mengapa kita harus terpaku dengan karena nila setitik ,rusak susu sebelanga?Bukankah kita bisa memindahkan susu itu kebelanga yang lebih besar dan menambahkan lebih banyak susu agar NILA dalam campuran itu mengecil dan menciut???? SAHABAT ,,JANGAN biarkan kebahagiaan yang pernah kita rajut rusak hanya lantaran mengingat hal-hal yang buruk tentang diri nya.PIKIRkan saja tentang sesuatu yang indah dan menyenangkan tentang dia.Banyak hal-hal yang baik yang pernah di lakukannya,sehingga iman tidak luntur dan hati menjadi tenang,sebab hal itu merupakan satu upaya untuk menyucikan jiwa kita,.!!!!
Read More …

Aku tidak pernah berpikir kalau hidupku masih bisa bernafas setelah kecelakaan tabrakan mobil yang membuatku koma selama 1 bulan lamanya. Istriku Angel berkata padaku, bahwa Tuhan masih sangat mencintaiku sehingga ia memberikan aku satu kehidupan baru dalam hidupku. Selama proses pemulihan aku hanya bisa duduk terbaring di kursi roda untuk melakukan aktifitas, sebagai anak tunggal satu-satunya dalam keluargaku, ayah dan ibu sangat mencintaiku.

Hidupku terlahir dengan kekayaan berlimpah, istriku cantik dan sejak kecil aku terbiasa dimanjakan sebagai anak orang kaya. Aku bersekolah di Australia saat lulus dari SMA dari Jakarta, menjadi orang kaya tidak membuatku dapat memiliki sahabat karena sifatku yang pendiam terlebih kata ibu sejak kecil aku mempunyai jantung yang lemah. Tidak heran mereka selalu mencemaskan keadaanku yang tidak pernah aku pikirkan, lucunya aku baru tau jantungku membusuk saat kecelakaan itu terjadi.

Aku duduk di teras rumahku yang menghadap ke laut Jawa dan memilih tempat itu sebagai masa penyembuhan dan rehabitasiku. Istriku sedang membuatkan aku segelas susu dan aku tanpa sengaja melihat sebuah buku novel tergeletak di meja teras, mungkin saja istriku baru membacanya dan menaruhnya disana. Aku membuka lembaran itu dan terselip sebuah foto antara aku, istri dan seorang sahabat yang telah lupa dalam ingatanku bernama Fernando.

Bukankah ini foto saat kami berada di Australia, Fernando berkerja sebagai pelayan kafe dan saat itu aku, istriku dan dia berfoto bersama saat berdiskusi. Istriku datang dan menghampiriku sembari meletakkan segelas susu di meja.

“ Mengapa foto ini ada disini sayang?” tanyaku
Istriku terkejut, mungkin karena ia takut gambar itu membuat aku teringat masa lalu.
“ Maaf aku tidak sengaja menemukan novel itu dari kiriman pos seseorang dan ketika membukanya terdapat foto kita semasa kuliah.”
Aku terdiam, istriku langsung seperti salah tingkah.
“ Ngomong-ngomong sekarang dimana Fernando, bukannya terakhir kita masih melihatnya saat bulan madu di Perth?”

Istriku terdiam, suara telepon tiba-tiba berdering dan dia langsung meminta izin untuk mengangkat. Aku hanya bisa mengenang foto kenangan itu, Fernando adalah sahabat pertama yang menjadi temanku saat aku nyaris mati karena kedinginan terserang hujan deras, ia bukan laki-laki beruntung seperti hidupku. Bahkan untuk menyambung hidupnya ia harus bekerja sebagai pelayan restoran, aku berterima kasih padanya karena berkatnya aku masih bisa hidup sampai detik ini.

Berkatnya juga aku bisa mengenal istri yang kucintai saat ini, persahabatan kami baik-baik saja hingga sebuah tragedi terjadi dalam hidup kami. Suatu ketika semua orang mempergunjing aku di kampus dan mengatakan aku seorang gay karena terlalu dekat dengan Fernando. Terang saja aku marah, kami normal dan dekat karena dialah satu-satunya sahabatku di Australia dan aku bahkan rela menghajar orang-orang yag menjelek-jelekkan sahabatku itu. Tapi pertanyaan it u terus menghantuiku, sebagian dari sahabatku memang pernah berbisik kalau sahabatku itu gay tapi Angel tidak pernah mengatakan begitu walaupun mereka sudah mengenal sebelum hadirnya aku.

Tapi hidup memang pahit, di mataku sendiri Fernando berciuman dengan sesama pasangan gay-nya. Aku hancur dan malu memiliki sahabat seperti dia, ada yang aneh ketika melihatnya berbuat demikian. Sidney memang kota bebas bagi gay, tapi tidak buat aku. Aku melupakan semua kebaikan yang pernah dia berikan padaku, jijik rasanya aku melihat monster itu hidup bersamaku selama ini. Aku tau Fernando melihatku memergokinnya saat itu, ia panik dan meminta maaf karena selama ini tidak jujur dengan statusnya, hal terakhir yang kudengar dari mulutnya adalah

“ Aku mungkin gay, tapi aku bukanlah monster yang ada disampingmu selama ini. Bagiku siapapun boleh menganggap aku manusia hina tapi janganlah kau sahabatku, karena kaulah satu-satunya sahabat dalam hidupku yang yatim piatu tanpa siapapun”

Aku tidak tergoda oleh kalimat itu walau terasa menyedihkan, kutinggalkan Sidney saat itu juga dengan membawa Angel pindah ke Perth. Aku tau Angel ingin menyarankan aku untuk menerima kenyataan tapi hatiku membeku dan tidak sudi memiliki sahabat gay dan menjijikkan seperti dia. Sejak saat itu aku tidak pernah melihatnya seperti yang aku katakan sebelumnya kami kembali bertemu saat aku sedang berbulan madu bersama istriku tepatnya 3 tahun setelah kami berpacaran di sebuah restoran mewah ketika Fernando mulai menjadi koki di restorant itu.

Aku sadar ini saat terakhir aku berjumpa dengannya, karena aku akan kembali ke Jakarta. Saran istriku padaku untuk setidaknya mengucapkan kata perpisahan dengannya aku turuti, aku pun mengundangnya minum kopi bersama sebagai sahabat lama walaupun di hatiku tidak pernah mau memaafkan statusnya sebagai gay. Kami bicara seadanya tentang hidup kami , dia mengucapkan selamat atas pernikahan kami. Dan kami pun berpisah, ketika pulang aku tidak mengingat semuanya selain sebuah mobil menabrakku dan aku pun koma hingga tidak sempat mengingat Fernando.
Istriku kembali, dengan wajah sedikit senduh dia duduk di sampingku.


“ Sayang, sebenarnya apa yang kamu pikirkan tentang foto itu”
“ Tidak ada selain pertanyaan ke mana Fernando saat ini?”
Istriku menunduk sambil berkata “ Dia ada disini..”. Aku menjadi bingung,

“ Maksudmu apa?”
“ Fernando tidak akan pernah ada di dunia ini lagi, tapi dia akan selalu ada di sini, tepatnya di jantung yang kamu miliki saat ini.”
“ Aku tidak mengerti maksudmu?”

Istriku menangis sambil bercerita, di saat-saat terakhir usai kecelakaan terjadi. Orang yang membawaku ke rumah sakit adalah Fernando, Dokter mengatakan bahwa jantungku sudah tidak berfungsi. Aku hanya memiliki waktu sedikit untuk tetap hidup dan dokter menyarankan Fernando mencari donor jantung. Istriku Angel begitu terkejut dengan berita kecelakaan itu, ia menangis di samping Fernando. Tidak mungkin mencari jantung yang tepat dalam waktu saat kondisi kritis seperti ini.

" Fernando, sebentar lagi Anthony akan menjadi seorang ayah, aku tidak lagi sanggup hidup bila bayi dalam kandunganku ini tidak memiliki ayah.." ujar Angel.

Fernando tersenyum dan berkata

“ Percayalah kalau Anthony ( namaku) akan tetap hidup di samping kamu untuk selamanya”

Itulah kata-kata terakhir dari istriku, Fernando mendekat pada dokter dan berkata ia mau mendonorkan jantungnya padaku. Dokter terang saja menolak keinginan Fernado karena tidak ada hukum yang mengizinkan orang sehat untuk berbuat demikian. Fernando tidak putus asa, baginya hidupnya yang sebatang kara tidak akan memiliki masa depan terlebih tak akan ada seorang pun yang peduli padanya. Ia dengar kalau hanya orang yang sekarat boleh mendonorkan dirinya, sahabatku melakukan tindakan bodoh.

Sesaat sebelum kematiannya ia menelepon Dokter dan mengatakan bahwa seseorang donor yang bersedia menyumbangkan jantungnya. Dokter bertanya siapa orang itu,  dengan tersenyum dibalik telepon Fernando berkata “ Saya menunggu anda di belakang rumah sakit, jantung ini hanya bisa bertahan selama beberapa saat, saya mohon dokter kemarilah dalam waktu 10 menit.” Dengan berani Fernando menabrakkan dirinya pada sebuah truk yang lewat, dia mengorbankan dirinya untuk menjadi donor dalam keadan sekarat.

Angel menerima kabar itu usai operasiku berjalan lancar saat itu ia hendak bertanya sosok donor yang menyumbangkan jantungnya dan berpikir untuk mengucapkan terima kasih pada keluarga, dokter mengatakan sang donor adalah Fernando. Angel tidak mungkin mengatakan kejadian itu padaku, ia hanya ingin menunggu saat yang tepat dan saat inilah aku tau. Aku hanya bisa menangis di atas makam sahabatku. Entah bertapa bodohnya aku tidak pernah mengerti arti sahabat dalam kehidupanku. Kalau saja saat itu aku memaafkan apa yang terjadi mungkin tidak akan ada penyesalan dalam hidupku.

“ Dia sahabat yang tidak hanya menolong hidupku satu kali tapi dua kali, bukanlah dia yang seharusnya meminta maaf tapi akulah yang meminta maaf tidak pernah mengerti bertapa dia adalah sahabat sejati dalam hidupku, aku terlalu egois mengatakan bahwa dia gay dan dia adalah petaka dalam hidupku. Mungkin kata dia terakhir padaku tidak akan pernah terlupa dalam ingatanku, ia memang gay tapi ia bukanlah monster yang akan mencintai sahabatnya sendiri.”

Aku tidak akan pernah melupakan hal ini, walaupun hidupku berjalan dengan waktu, semoga kisahku tidak membuat kalian menjadi seperti aku. Ingatlah sahabat itu hadir dalam hidup kita tanpa pernah kita sadari bahwa sejatinya tidak ada manusia yang sempurna dalam hidup ini. anakku terlahir beberapa bulan kemudian dan untuk mengenang sahabatku, keberikan nama Fernando padanya.

Gay, lesbi , pria buta, wanita bisu mereka adalah manusia yang memiliki hati untuk mencintai dan kasih dalam persahabatan. Setidaknya kita menyadari saat ini sebelum terlambat.

True story ini pernah dimuat di Kompas.

Dan bagian dalam sejarah kisah ini
terdapat dalam novel ke 3
Agnes Davonar berjudul sama

“ SAHABAT.”
Read More …

…sahabat, jika alam ciptaan-Nya adalah beban, yang bisa membuatmu marah, maka campakkanlah ia dari hatimu. Jika orang kampung masih kau pandang bodoh dan dekil, maka tunjukanlah kebersihan dirimu!!!
Sepertinya bumi ini menangis, ketika anak-anaknya hidup seperti pengembara. Yang menjelajahi setiap jengkal tubuhnya dengan perasaan penuh harap. Bagaimana kelanjutan.. hidup anak dan cucu manusia, ketika mereka sudah tidak punya lagi tanah untuk tinggal, mata air untuk minum, serta hewan dan tumbuhan untuk dimakan.

Sepertinya manusia ini menangis, ketika melihat bumi – ibu kandungnya, tanah dan airnya tercemar, hutannya gundul, dan tubuhnya penuh lobang akibat kesekarahan anaknya sendiri.
Bumi adalah ibu kandung yang telah melahirkan manusia, memberi makan, mengasuh dengan penuh cinta, dan akan memeluk jasad anaknya ketika meninggal dengan rangkulan kasih. Rasanya aneh, ketika seorang anak manusia dengan rakus memangsa tubuh ibu kandungnya.
Sepertinya manusia lupa, ketika bumi berkata bahwa “makanlah yang terbaik dari tubuhku, minumlah air yang jernih yang keluar dari lubuk hatiku.”  Sepertinya manusia lupa, ketika bumi mengajarkannya untuk mencintai kehidupan. Hiduplah dengan menghargai kehidupan yang lain. Bukankah manusia hidup untuk menjaga kehidupan? Bukankah suara burung, senda gurau jengkerik, desau angin, gemerincingnya dedaunan, bunyi air yang mengalir, teriakan ombak di laut, telah melagukan tembang-tembang kehidupan?
Manusia menjadi rakus karena mengkhianati tujuan penciptaannya. Sebab pada hakekatnya, manusia berasal dari tidak ada menjadi ada. Bukankah manusia berasal dari tanah yang hina?…, Tapi kenapa ia menjadi sombong, serakah, dan angkuh. Kenapa ia merusak keharmonisan alam hanya karena kenikmatan sesaat.
Luas tanah tidak akan pernah bertambah. Jumlah air yang jernih tida akan pernah bertambah. Bumi membutuhkan waktu puluhan tahun – ratusan tahun – bahkan ribuan tahun, untuk mengembalikan hutan kayu dan sagu yang terbakar dan rusak kepada kondisi semula.
Apakah manusia mampu, untuk menciptakan hutan dengan ekosistemnya yang sempurna? Apakah manusia mampu untuk membersihkan sungai dan laut yang tercemar. TIDAK. Sekali lagi TIDAK. Hanya bumi sendiri yang dapat menyembuhkan lukanya.
Oleh karena itu, bumi membutuhkan waktu lebih dari ratusan tahun untuk mengobati lukanya yang dibuat oleh kedurhakaan anak sendiri – manusia.
Memang benar kata orang, “bahwa bumi diciptakan dengan segala kekayaannya untuk menghidupi manusia. Tapi manusia tidak pernah berpikir dengan jernih, bahwa bukan hanya manusia saja yang mempunyai hak untuk mendapatkan kehidupan dari bumi. Masih banyak makhluk lain, yang mungkin lebih membutuhkan kemurahan bumi dibanding manusia.
Mungkin manusia lupa, bahwa ia belajar tentang bagaimana mempertahankan hidup dari alam. Mungkin manusia terlalu cepat puas, ketika ia merasa lebih pintar daripada alam. Namun manusia tidak pernah sadar, bahwa alam tidak pernah membutuhkan manusia. Tetapi sebaliknya manusialah yang membutuhkan alam untuk kehidupan.
Kerusakan-kerusakan bumi akibat ulah manusia, harus segera diakhiri. Sebelum bumi marah dan meninggalkan manusia dalam penderitaan yang berkepanjangan.
Untuk menolong bumi dari kehancuran, manusia sebenarnya tidak membutuhkan ilmu yang tinggi, tekhnologi yang modern, dan biaya yang besar. Karena bumi telah mengajar manusia untuk bagaimana merawat tubuhnya..
Read More …