Cerita Senja

...

Pada suatu hari ada seorang gadis buta yg sangat membenci dirinya sendiri. Karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.

Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi gadisnya itu kalau gadisnya itu sudah bisa melihat dunia.

Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu Yang akhirnya dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasih gadisnya itu .
...

Kekasihnya bertanya kepada gadisnya itu, ” Sayangggg … sekarang kamu sudah bisa melihat dunia. Apakah engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dan dia menolak untuk menikahi si pria pacar-nya itu yg selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya selama si gadis itu buta matanya.

Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik ke-2 mata yg telah aku berikan kepadamu.”

* * * * *

Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.

Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata- kata kasar Ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.

Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu, Ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum engkau mengeluh tentang suamimu, ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan untuk meminta penyembuhan sehingga suaminya TIDAK LUMPUH seumur hidup.

Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu, Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi ke alam kubur dengan masih menyertakan kemiskinannya.

Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu Ingatlah akan seseorang yang begitu mengharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak mendapatnya.

Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu Ingatlah akan para penganguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu.

Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu, pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini.

Hidup adalah anugerah, syukurilah, jalanilah, nikmatilah dan isilah hidup ini dengan sesuatu yg bermanfaat untuk umat manusia.

NIKMATILAH dan BERI YANG TERBAIK DI SETIAP DETIK DALAM HIDUPMU, KARENA ITU TIDAK AKAN TERULANG LAGI untuk waktumu selanjutnya !!!

source: http://www.resensi.net/hidup-adalah-anugerah/2008/12/05/
Read More …

Guru Marjuki (inisial) atau Guru Juki-kini makin dikenal di kalangan pengajar di Kabupaten Bekasi. Dia menjadi buah bibir semenjak ratusan murid Sekolah Dasar Negeri daerah Sukamekar. Bekasi, mogok belajar sejak Senin (8/11) karena menolak mutasi Guru Juki. Ratusan orangtua muridbahkan menggelar demo demi menentang pemindahan tugas tersebut.
...
...
Apa yang membuat warga Sukamekar begitu membelanya? Apakah karena perilaku Guru Juki telah benar-benar disebut sebagai pahlawan tanpa tanda Jasa? "Saya sendiri tidak tahu mengapa Justru warga yang menolak saya dimutasi. Apa yang saya kerjakan di sana sepertinya sudah selazimnya dikerjakan pengajar pada umumnya.

Selama sepuluh bulan bertugas di SDN Sukamekar, Marjuki selalu datang lebih pagi daripada para murid atau staf pengajar lainnya. Saat waktunya tiba bagi para murid masuk sekolah, lelaki lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Tambun tahun 1985 Ini sudah berdiri di gerbang sekolah. Dia menyambut kedatangan siswa-siswi dengan menyalaminya satu per satu. Hal itu mendapat apresiasi dari kalangan orangtua/wali murid yang mengantar anaknya ke sekolah.

Meski datang paling awal, ayah Uga anak ini selalu pulang paling akhir, malam hari, setelah seluruh staf pengajar meninggalkan sekolah. Pada sore hari, tak segan dia bercengkerama dengan penjaga sekolah, sekadar berbagi sebatang rokok, atau menyiram dan merawat puluhan tanaman di sekolah itu. Puluhan tanaman berbagai Jenis itu ditanam beramai-ramai oleh para siswa. Guru Juki sendiri memiliki dua batang pohon asem Jawa yang ditanam di dua pot besar. "Pohon asem itu seumuran dengan anak pertama saya. Dia sekarang berumur 21 tahun. Pohon itu selalu saya bawa di mana pun saya ditugaskan," tuturnya.
DI luar urusan tanaman. Marjuki memiliki kedekatan dengan para guru. Pada pekan pertama menjadi kepala sekolah, dia sudah mengajak para guru untuk sama-sama mencari tahutentang potensi sekolah melalui metode analisis SWOT [strength, weakness, oportunity, threat). Berangkat dari hasil analisis, mereka bertekad menjadikan sekolah itu berstandar nasional dalamjangka dua tahun.

Berkarakter dan bermartabat
Langkah demi langkah mereka susun demi pencapaian tujuan itu. Hingga pada bulan keenam kegiatan ekspo digelar di sekolah yang terletak di pedesaan, berjarak sekitar 30 kilometer dari Kota Bekasi, itu. Puluhan hasil kerajinan pelajar dipamerkan, ratusan foto kegiatan belajar-mengajar dan kegiatan lapangan dlpampang. Beberapa murid-mempertunjukkan kebolehannya dalam berbagai bidang, seperti menyanyi, berakting, bahkan merakit komputer.

Marjuki mengatakan, satu hal yang lebih penting dibanding status sekolah berstandar nasional adalah mendidik murid dengan mempraktikkan pembelajaranbermakna dan berkarakter. "Saya melakukannya dengan hal-hal yang kecil. Di setiap pertemuan diusahakan cara agar proses pembelajaran berkesan bagi siswa-siswi," tutur suami Tasirah (44) ini.

Proses pembelajaran, menurut Marjuki, bukanlah sekadar membuat murid cerdas akan pengetahuan, tapi Juga cerdas secara emosi dan perilaku. Menurut dia, bukan hanya nilai berupa angka yang menjadi ukuran keberhasilan pembelajaran, tapi Juga bagaimana agar nilai-nilai kebaikan yang ada bisa diserap sebagai sebuah sikap hidup. Jika sudah menjadi sikap hidup maka akan menjadi kebiasaan, dan setelah itu menjadi karakter dan budaya yang mewarnai peradaban. Marjuki memberi contoh, saat hendak menyampaikan pengetahuan tentang daun dan pepohonan, dia meminta siswa-siswi untuk mengumpulkan daun-daun yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Para murid dibagi per kelompok dan diminta menyebutkan Jenis serta fungsi daun-daun tersebut.

Di balik pembelajaran itu, dia menyelipkan pemahaman nilai-nilai dan makna kehidupan. Meskipun daun-daun itu berbeda Jenis, ukuran, dan warna maupun teksturnya, fungsinya sama yaitu untuk proses fotosln-tesis. Saat menjelaskan tentang dedaunan itu. dia berikan pemahaman bahwa tak hanya dedaunan yang berbeda, manusia pun berbeda warna kulit serta suku maupun adat-lstladatnya. Namun, fungsi mereka sama, yaitu sebagai makhluk yang berkewajiban menjaga kelangsungan hidup di Bumi. "Dari situ diharapkan siswa-siswi bisa menghargai perbedaan, sehingga mereka tak kaget dan merasa rendah diri saat bertemu orang dari suku lain ataupun bangsa lain," ujarnya.

Marjuki kembali memberi contoh, untuk membangkitkan semangat siswa-siswi di desa itu dia menggunakan medium pohon tekokak. pohon Har yang oleh sebagian orang dianggap gulma. Para murid kemudian diajari menyambung batang-ba-tang pohon tekokak Itu dengan tanaman tomat, leunca, dan terong. Setelah beberapa pekan berselang, pohon-pohon tekokak itu menghasilkan tiga Jenis buah tomat, terong, dan leunca. "Dari pohon tekokak itu saya bangkitkan semangat dan cita-cita anak-anak, bahwa status sebagai anak petani bukan merupakan penghalang untuk menjadi orang sukses. Seperti halnya pohon tekokak yang bisa berbuah tomat, mereka juga bisa menjadi anak petani yang berprofesi sebagai manajer, direktur, bahkan menteri sekalipun." tuturnya.

Menurut Marjuki, pembelajaran berkarakter harus diintegrasikan dengan mata pelajaran yang ada, Jadi bukan sebuah mata pelajaran tersendiri. "Seperti halnya saya, para guru saat ini ditantang untuk mencari nilai di balik pembelajaran formal. Anak SD itu butuh contoh konkret yang mudah sehingga pemahaman lebih gampang ditanamkan." katanya.Pendidikan karakter yang dilakukan Guru Juki bukan sekadar wacana atau teori seperti yang sering dilakukan para pejabat negeri Ini. Dia telah melakukannya secara riil, tanpa pamrih. Dari, dia kini mulai menuai hasilnya. (Ichwan Chasan!)
Read More …

Dimuat di majalah “Inside Sumatera” tourist & lifestyle magazine untuk pesawat Garuda Indonesia edisi Desember 2010.

“Nah itu sungai Mulak” demikian kata Hambli sambil menunjuk kearah sungai yang kelihatan dari pebukitan tempat penulis berhenti sejenak setelah hampir setengah jam menyusuri jalan kebun menuju desa Pulau Panggung. Sambil mengelah nafas dan minum segelas air mineral , Hambali berkata bahwa kita baru sampai setengah jalan , setelah ini jalan sedikit datar tapi kita nanti akan menanjak lagi baru kemudian kita akan berada di daerah yang datar yang di sebut Desa Pulau Panggung diketinggian sekitar 400 meter dari permukaan laut.
Desa Pulau Panggung merupakan sebuah perkampungan di jaman prasejarah, yang terletak diatas pebukitan desa Tanjung Sirih Kecamatan Pulau Pinang Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Konon Desa Tanjung Sirih dan sekitarnya merupakan lautan air dan Desa Pulau Panggung merupakan sebuah pulau dan tak jauh dari desa ini terdapat sebuah batu tempat dimana ditambatkannya perahu (saat ini berada di Desa Karang Dalam).
Di Desa Pulau Panggung  terdapat 4 batu megalith dan 1 lumpang batu yang telah berusia 4.000 tahun, batu pertama terletak dipojok perkebunan karet milik  Yamal, disini  terngonggoklah sebuah batu besar menyerupai seseorang  sedang memangku seorang anak dan menunggang seekor kerbau. Sosok ini berbadan tambun, hidung pesek dan mengenakan kalung, sedang seorang anak yang dipangkunya memakai pelindung kepala. Batu megalith ini  di sebut Batu Putri Besak.

Sepuluh menit perjalanan dari Batu Putri Besak sampailah kami di Batu Satria. Disebut Batu Satria karena batu ini menggambarkan  seorang kesatria yang mengenakan sejenis helm dan memakai kalung .Tapi sayang batu ini telah roboh dan bagian muka menghadap/mencium tanah serta bagian paha ke bawah telah tertimbun tanah. Letak batu ini di perkebunan karet dan kopi milik  Sarti.
Dari Batu Satria ini Hambli yang merupakan juru pelihara disini membawa penulis dan  Kades Tanjung Sirih Markoni  melalui perkebunan kopi dan karet penduduk ke komplek Batu Putri. Disini terdapat sebuah batu berbentuk kursi dan sebuah batu menggambarkan seorang mengendong seseorang dipunggungnya. Batu ini dalam posisi tergeletak di tanah, dikelilingi pohon-pohon karet maka sangat rindang dan sedikit cahaya yang menyentuh batu-batu ini, sehingga sangat cepat ditumbuhi lumut tapi  Hambli selalu membersihkan semua batu megalith yang ada di situs ini.
Dengan sangat sabar dan ramah  Hambli sambil bercerita membawa penulis dan  Kades Markoni ke Batu Macan yang dikelilingi kebun kopi milik Rasmin. Batu Macan ini dalam posisi tergeletak  dan pada bagian ekornya tertimbun tanah. Batu Macan menggambarkan  seekor macan yang sedang menerkam seorang anak kecil.
Keempat batu megalith yang terdapat di situs Pulau Panggung atau Tanjung sirih ini semua menghadap kearah matahari terbit atau menghadap arah Timur. Makna apa yang terkandung disini mungkin ada hubungannya dengan suatu kepercayaan.
Dan batu megalith yang kelima atau terakhir berada di situs megalith Pulau Panggung atau Tanjung Sirih adalah sebuah lumpang batu berlubang 4 (empat). Letaknya di hutan milik  Mardi, berdekatan dengan kebun  Hambali sang jupel. 


Selain batu megalith Pulau Panggung juga tersebar batu megalith lainnya di Kabupaten Lahat , seperti : komplek megalith Batu Dakon yang terletak ditepi jalan menuju desa Geramat di persawahan penduduk, disini ada 2 batu megalith, batu pertama menggambarkan figure yang mengendong anak di punggungnya sambil membawa gendang sedang batu kedua menggambarkan seekor kerbau tanpa kepala.
Menurut keterangan Sain Batu Dakon Geramat Desa Geramat Kecamatan Mulak Ulu ini mengisahkan seseorang yang sedang menggembala kerbau, dan ini ada hubungannya dengan legenda rakyat Si Pahit Lidah. Pada waktu itu lanjut  Sain, diatas bukit Resam Si Pahit Lidah atau Serunting Sakti memanggil tapi tak ada jawaban dan akhirnya dia berucap “ai…lah jadi batu apa”maka jadilah batu.
Perjalanan berikutnya ke Desa Lesung Batu Kecamatan Mulak Ulu. Di desa ini terdapat sebuah lesung berlubang tiga yang terletak diperkebunan kopi di atas sungai Mulak. Dari sini kita bisa melihat betapa indahnya pemandangan alam Mulak dan  masih terdengar suara siamang yang saling bersautan.
Dan selanjutnya kami menuju Desa Pagar Alam di kecamatan Pagar Gunung. Di desa ini terdapat batu megalith yang disebut BATU MACAN. Batu megalith ini menggambarkan seorang anak di terkam macan  juga sebagai simbol penjaga terhadap perzinahan dan pertumpahan darah dari 4 daerah yakni: Pagar Gunung, Gumay Ulu, Gumay Lembak dan Gumay Talang.
Kunjungan berikutnya  melihat sebuah batu terletak didalam tanah berukuran 1 m, terdapat pahatan seorang digigit seekor ular pada bagian tangan sampai bahu, sedang seorang lagi dililit dan digigit seekor ular lainnya. Pada bagian atas batu ini terdapat genangan air. Nampaknya batu ini sebuah lumpang. Lumpang batu berukir merupakan hal yang langka, unik dan tentu mempunyai nilai budaya sangat tinggi. Lumpang batu  yang ditemukan sekitar Bulan April  2010 ini hanya berpagar bambu yang cukup melindungi lumpang batu didalamnya.

Dengan menyusuri pepohonan kopi di kanan kiri yang mulai memerah sampailah pada sebuah batu yang menggambarkan seseorang sedang mengapit anak pada tangan kanannya sambil menunggang seekor gajah. Pada bagian depan batu ini sangat jelas digambarkan seekor gajah dengan mata, belalai dan kedua gadingnya. Batu ini disebut Baturang mungkin singkatan dari batu orang. Batu megalith yang konon berusia 4.000 tahun merupakan tinggalan jaman prasejarah jauh sebelum adanya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
Bukan hanya 2 batu megalith itu saja yang ada di kebun Ahlan tapi masih ada 1 lumpang batu berlubang satu dan 8 lesung batu yang bentuk hiasan luarnya beragam dan letaknya tersebar. Ada lesung batu berkepala kodok, berkepala kambing, berhias seekor ular dan orang. Dan semua lesung batu tersebut mempunyai lubang dengan ukuran lebar dan dalam yang sama, sepertinya mereka yang membuat telah mengenal alat ukur. Suatu temuan yang langka dan unik. Di Desa Pulau Panggung Kecamatan Pajar Bulan ini kami telah mengunjungi 2 lumpang batu, 1 arca dan 12 lesung batu, sebenarnya masih ada beberapa batu megalith lainnya seperti arca manusia, lesung batu, batu tegak dan tetralith.
Sepengetahuan penulis, Kecamatan Pajar Bulan merupakan pusat temuan batu megalith terbesar yang ada di Kabupaten Lahat dan Sumatera Selatan bahkan terbesar se Indonesia. Selain Desa Pajar Bulan dan Desa Pulau Panggung batu megalith berupa bilik batu, menhir, dolmen, arca, batu tegak, tetralith juga ditemukan di Desa Talang Pagar Agung, Benua Raja, Kota Raya Darat dan Kota Raya Lembak. Bahkan Batu Gajah yang sangat terkenal, yang saat ini tersimpan di Museum Balaputradewa di Palembang berasal dari Desa Kota Raya Darat, Kec.Pajar Bulan.
Juga kecamatan Jarai yang merupakan tetangga kecamatan Pajar Bulan menyimpan banyak tinggalan prasejarah seperti Baturang yang menggambarkan seorang panglima dengan pedang dipunggungnya sedang menindih seekor gajah yang terlentang, Batu Putri yang berjarak 30 meter dari Baturang, Rumah Batu, Lumpang Batu, Lesung Batu dan Menhir.
Karena kayanya tinggalan batu megalith di Kabupaten Lahat tidak mengherankan jika setiap kecamatan terdapat batu megalith antara lain Kecamatan Merapi Barat, Pulau Pinang, Gumay Ulu, Mulak Ulu, Tanjung Tebat, Tanjung Sakti Pumi, Kota Agung, Jarai, Pajar Bulan dan Muara Payang.
Batu megalith tersebut telah dikunjungi untuk pertama kali pada tahun 1850 oleh L.Ullman dan yang cukup terkenal adalah Van der Hoop tahun 1932 dengan bukunya ”Megalithic Remains in South Sumatera”. Dan telah pula ditulis oleh Lonely Planet yang diterbitkan di Australia.
Selain tinggalan batu megalith berusia 4.000 tahun Kabupaten Lahat juga terkenal akan keindahan panorama alamnya. Alam pebukitan dengan gugusan Bukit Barisan nan hijau dengan Bukit Serelo nan unik tiada duanya seperti jempol raksasa, danau-danau dan sungai Lematang dengan anak-anak sungainya yang menjadi sumber kehidupan sejak ribuan tahun silam, struktur alam pebukitan sehingga terdapat banyak gua, sumber air panas dan puluhan air terjun yang tersebar di penjuru Kabupaten Lahat. Salah satunya Desa Karang Dalam Kecamatan Pulau Pinang terdapat 7 air terjun yang berada di satu sungai dengan tinggi dan keindahan yang berbeda. Sungguh suatu pesona alam yang tiada tara membuat setiap orang terkesima.
Kabupaten Lahat dengan jumlah penduduk 530.977 dan terletak 215 km dari Palembang, ibukota Sumatera Selatan telah berdiri sejak 20 Mei 1869. Dan 20 Mei dijadikan sebagai Hari Jadi Kabupaten Lahat. Saat ini Kabupaten Lahat terbagi menjadi 21 kecamatan dengan luas area 6.618,27 km. Sebelum Kabupaten Empat Lawang dan Kota Pagar Alam memisahkan diri wilayah Kabupaten Lahat sangat luas.
Mayoritas penduduk mempunyai mata pencarian sebagai petani kopi, karet, sawit, bersawah dan saat ini telah pula berkembang pertambangan batubara, minyak dan gas. Dan khusus pertambangan batubara Kabupaten Lahat menyimpang 46 % deposit batubara yang ada di Indonesia. Juga terdapat sebuah Bengkel Kereta Api yang di bangun pada tahun 1924 dan merupakan bengkel terbesar yang dimiliki PT Kereta Api. Pada saat musim buah tiba sekitar bulan November sampai Februari banyak terdapat buah duku, rambutan, mangga, manggis dan durian yang mereka jajakan disepanjang jalan trans Sumatera. Create By Mario
Read More …