Ruang Tunggu:
aku tunggu ruhmu disini kata detak pada sebuah bayang..
Mungkin ini saatnya kita ada di ruang yang sama,, ruhmu dan ruhku akan duduk berdampingan untuk melihat burung kolibri pulang pada sebuah senja yang berputik jingga..
Dan mata kita akan kembali bercinta,, untuk mengalirkan kembali detak di tempat dimana darah kembali berpora..
Ruang Kegelisahan:
Berjuta pertanyaan tentang cinta berhamburan,, di antara sunyi yang mendera tiba-tiba dan berdentam sejuta harap untuk sebuah permintaan..
”Maukah kamu berbagi waktu denganku untuk membelah semua belatung kegelisahaan dan resah yang memekakkan dada?”
”Mungkin alamat tujuan kita berbeda arah, dan kita mungkin hanya berpapasan di persimpangan dan sejenak duduk untuk saling menyapa rongga-rongga yang tertelan senyap pada sebuah malam”
“yakinkan aku tentang dongeng-dongeng purba sebuah akhir yang selalu bernama bahagia selama-lamanya, padahal sebuah sepatu kaca akan retak setiap saat ketika berjejak pada realita yang meranggas”
“anak kecil di dalam diriku akan selalu butuh udara dan angin untuk menerbangkan airmata yang berwarna biru”
“baiklah, selamat tinggal. aku membatu bersama ruangku”
Ruang Tak Bernama:
kita sudah mati ketika kita tidak bermimpi
( ah,meskipun impian serapuh gelembung sabun bukan?)
Ruang Dengan Detak Sunyi:
apa yang kita harus takuti pada sebuah sepi,, ketika sunyi adalah deru nafas kita sendiri?
Ruangku :
aku pecinta yang memunguti serpihan rasa yang tercecer pada sebuah senja..
Ruangmu :
kamu sebebas angin dan udara, sebiru angkasa dan sedalam samudera
…
dan pada sebuah ruang bernama sekarang..
kutempelkan nama-nama pada dinding-dinding kenangan..
yang melekat begitu saja pada kepala,, dengan rekahan luka yang begitu lirih bunyinya..
…
Create : by Noviana Kusumawardhani