itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami.. Meskipun menikah dengannya, aku tak pernah benar - benar menyerahkan sepenuhnya hatiku padanya..
Beberapa kali muncul keinginannya untuk meninggalkanku atas tingkah yang kuperbuat,, tapi dia tak mampu melakukannya.. Dalam hatinya ia berkata, sekecil apapun peluang itu untuk lebih baik pasti akan ada..!! Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa sesuai keinginanku,, Tapi aku tak pernah benar-benar menjalankan tugasku sebagai seorang istri walaupun kami telah dikaruniai 2 orang anak...
Beberapa kali muncul keinginannya untuk meninggalkanku atas tingkah yang kuperbuat,, tapi dia tak mampu melakukannya.. Dalam hatinya ia berkata, sekecil apapun peluang itu untuk lebih baik pasti akan ada..!! Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa sesuai keinginanku,, Tapi aku tak pernah benar-benar menjalankan tugasku sebagai seorang istri walaupun kami telah dikaruniai 2 orang anak...
Tiba pada akhirnya seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu.. Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu,, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi..
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak aku sukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya. "Maaf sayang, kemarin Nandi meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku." Katanya menjelaskan dengan lembut.. Spontan marah, aku mengomelinya dengan kata-kata kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. Apalagi ???
"Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana ?" tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena musuhku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.